
Fintech P2P Lending Bawa Berkah ke Perusahaan Tandatangan Digital

Jakarta, CNBC Indonesia - CEO Privy Marshall Pribadi mengungkapkan bahwa pertumbuhan dan pangsa pasar P2P Lending sangat besar. Hal ini membuat peluang produk Privy sebagai identitas digital dan tanda tangan digital tersertifikasi ikut terdampak positif.
"Fintech-fintech ini mengisi GAP pinjaman yang dibutuhkan masyarakat dan UMKM, fintech berbeda dengan bank, tidak punya cabang dan agen, namun murni pure teknologi," jelas Marshall dalam Program khusus Fintech Lending Outlook 2024 CNBC Indonesia, Jumat (08/03/2024).
Namun menurut Marshall, besarnya pangsa pasar P2P lending menimbulkan sejumlah tantangan. Salah satunya dalam menjaga keamanan. Pasalnya, menurut dia, bukan hanya aspek orang ingin meretas keamanan atau hacking semata, namun ada motif ekonomi yang besar.
"Serangan-serangan itu terjadi setiap hari, oleh karena itu Privy tidak bisa statis, apalagi AI juga makin canggih. Ini bukan hal yang mudah, tapi harus dilakukan," kata Marshall.
Marshall merinci salah satu isu keamanan adalah pencurian data dengan menggunakan NIK. Oleh karena itu, ke depan, Marshall berharap makin banyak orang menggunakan Privi yang sudah tersertifikasi dan juga di bawah pengawasan Kominfo.
Sekadar informasi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan outstanding pembiayaan peer to peer (P2P) lending hingga Januari 2024 mencapai 18,40% dibandingkan dengan Desember 2023 yang sebesar 16,67%.
Per Januari, tercatat outstanding P2P lending mencapai Rp 60,42 triliun yang dibarengi dengan tingkat risiko kredit macet secara agregat (TWP90) dalam kondisi terjaga, yakni pada posisi 2,95%.
(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Musuh Besar Fintech P2P Lending, Sudah Tahu?