Karyawan Google Curi Rahasia AI, Dijual ke China

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
08 March 2024 09:50
Google signage is seen at Google headquarter in the Manhattan borough of New York City, New York, U.S., December 17, 2018. REUTERS/Jeenah Moon
Foto: Kantor pusat Google di Manhattan, New York City (REUTERS/Jeenah Moon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Seorang mantan karyawan Google mencuri teknologi rahasia perusahaan dan dijual ke China.

Mantan insinyur software itu didakwa atas tuduhan mencuri rahasia dagang AI di Google saat diam-diam bekerja dengan dua perusahaan yang berbasis di China.

Linwei Ding, seorang warga negara China, ditangkap di Newark, California, atas empat tuduhan pencurian rahasia dagang federal, masing-masing dapat dikenai hukuman hingga 10 tahun penjara.

Kasus Ding (38), diumumkan pada konferensi American Bar Association di San Francisco oleh Jaksa Agung Merrick Garland. Bersama dengan para pemimpin hukum lainnya, mereka telah berulang kali memperingatkan tentang ancaman spionase ekonomi China dan masalah keamanan nasional yang ditimbulkan oleh AI dan teknologi berkembang lainnya.

"Dakwaan hari ini adalah ilustrasi terbaru mengenai sejauh mana afiliasi perusahaan yang berbasis di Republik Rakyat Tiongkok bersedia mencuri inovasi Amerika," kata Direktur FBI Christopher Wray, dikutip dari APNews, Jumat (8/3/2024).

"Pencurian teknologi inovatif dan rahasia dagang dari perusahaan-perusahaan Amerika dapat merugikan lapangan kerja dan menimbulkan konsekuensi ekonomi dan keamanan nasional," imbuhnya.

Google mengatakan telah menetapkan bahwa mantan karyawan tersebut telah mencuri banyak dokumen dan menyerahkan masalah tersebut ke pihak berwajib.

Setelah melakukan penyelidikan, pihak Google menemukan bahwa karyawan ini mencuri banyak dokumen, dan raksasa teknologi itu segera menyerahkan kasus ini ke penegak hukum.

"Kami memiliki perlindungan yang ketat untuk mencegah pencurian informasi komersial rahasia dan rahasia dagang kami," kata juru bicara Google Jose Castaneda dalam sebuah pernyataan.

"Kami berterima kasih kepada FBI karena membantu melindungi informasi kami dan akan terus bekerja sama secara erat dengan mereka," imbuhnya.

Seorang pengacara yang terdaftar sebagai pengacara Ding tidak memberikan komentar soal kasus ini.

Kecanggihan AI kini seolah menjadi medan pertempuran utama bagi para pesaing di bidang teknologi. Belum lagi adanya pertanyaan tentang siapa yang mendominasi AI, dapat mempunyai implikasi komersial dan keamanan yang besar.

Para pemimpin Departemen Kehakiman AS dalam beberapa pekan terakhir telah menyuarakan kekhawatiran mengenai bagaimana pihak asing dapat memanfaatkan teknologi AI untuk memberikan dampak negatif terhadap Amerika Serikat.


(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Google Kini Bisa Ciptakan Gambar dari Tulisan Pakai AI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular