
Marak Penipu Online Kuras Rekening, Bos Google Bilang Begini

Jakarta, CNBC Indonesia - Penipuan online yang bisa menguras rekening korban makin marak beredar. Modusnya pun beragam seiring dengan perkembangan teknologi yang makin canggih.
Kecerdasan buatan atau dikenal AI belakangan memicu kontroversi yang berkaitan dengan isu keamanan siber. Di satu sisi, AI diyakini memiliki dampak negatif yang memudahkan penipuan siber. Namun, di sisi lain AI juga diyakini akan membantu memberantas penipuan online.
Hal tersebut diamini oleh CEO Google Sundar Pichai. Ia mengatakan bahwa perkembangan pesat dalam AI dapat membantu memperkuat pertahanan negara terhadap ancaman keamanan di dunia maya. Namun di satu sisi, teknologi tersebut dapat meningkat kekhawatiran mengenai potensi penggunaan AI.
"Kami memang khawatir mengenai dampaknya terhadap keamanan siber. Namun AI, menurut saya sebenarnya memperkuat pertahanan kita terhadap keamanan siber," kata Pichai kepada para delegasi di Konferensi Keamanan Munich, dikutip dari CNBC Internasional, Senin (26/2/2024).
Serangan keamanan siber makin meningkat baik secara volume dan kecanggihannya seiring dengan semakin banyaknya pelaku kejahatan yang menggunakannya sebagai cara untuk memeras korban.
Menurut laporan firma riset Cybersecurity Ventures, serangan siber disebut merugikan perekonomian global sekitar US$8 triliun pada tahun 2023, jumlah yang diperkirakan akan meningkat menjadi US$10,5 triliun pada tahun 2025.
Sementara, laporan bulan Januari dari Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris mengatakan, bahwa AI hanya akan meningkatkan ancaman-ancaman, menurunkan hambatan masuk bagi peretas siber dan memungkinkan lebih banyak aktivitas siber berbahaya, termasuk serangan ransomware.
Google minggu lalu mengumumkan inisiatif baru yang menawarkan alat AI dan investasi infrastruktur yang dirancang untuk meningkatkan keamanan online.
Alat sumber terbuka gratis yang dijuluki Magika bertujuan untuk membantu pengguna mendeteksi malware, kata raksasa mesin pencarina itu dalam sebuah pernyataan.
Pichai mengatakan alat tersebut sudah digunakan dalam produk perusahaan, seperti Google Chrome dan Gmail, serta sistem internalnya.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kasus Google Meluas, Bos Besar Turun Gunung
