Ekonomi China Babak Belur, Manufaktur Anjlok Ditinggal AS

Rosseno Aji, CNBC Indonesia
Jumat, 23/02/2024 19:44 WIB
Foto: REUTERS/DADO RUVIC

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Ekonom BCA David Sumual menyebut Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur China terus tertekan dalam beberapa tahun terakhir ini. Kebijakan Amerika Serikat yang memindahkan pabrik-pabriknya dari China disebut sebagai penyebabnya.

"Untuk manufakturnya China kembali di bawah 50, artinya mereka sudah kontraksi," kata David Sumual dalam diskusi Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Jumat (23/2/2024).

David mengatakan di saat yang bersamaan, sektor manufaktur sejumlah negara lain seperti Meksiko, Vietnam, dan Thailand justru meningkat. Dia menduga hal tersebut terjadi karena Amerika Serikat mulai memindahkan pabrik-pabriknya dari China ke negara-negara tersebut.


"Kelihatannya ada banyak perusahaan yang relokasi dan permintaan Amerika ke negara tersebut meningkat," kata dia.

Dia mengatakan tindakan AS memindahkan pabriknya dari China juga terlihat dari data impor AS. Menurut dia, selama 10 tahun terakhir impor barang dari China ke AS menurun drastis menjadi hanya 15%.

"Biasanya 40% produk mereka (AS) diimpor dari China," kata dia.

David mengatakan impor AS justru kini beralih ke negara lain, seperti Vietnam, Meksiko dan beberapa negara Eropa timur. "Jadi kelihatannya kondisi geopolitik juga memengaruhi arah perdagangan internasional," kata dia.

David mengatakan masa depan hubungan China dan AS diprediksi bakal lebih memburuk. Sebab, menjelang Pemilu di AS, kans Donald Trump terpilih kembali menjadi presiden semakin besar. Bila Trump terpilih, maka dipastikan impor produk China ke AS bakal semakin menurun.

"Pada masa kampanye sekarang Trump menjanjikan diberlakukannya tarif hingga 60% terhadap produk China," kata dia.


(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Dorong Ekonomi Digital RI Lewat AI, Cloud & Data Center


Related Articles