Bikin Ketagihan, Aplikasi Kencan Online Diseret ke Pengadilan
Jakarta, CNBC Indonesia - Match, rumah bagi banyak aplikasi kencan online, diseret ke pengadilan dalam gugatan class action yang mengklaim bahwa Tinder, Hinge, dan The League dirancang untuk membuat pengguna ketagihan.
Aplikasi kencan itu dinilai menghasilkan lebih banyak keuntungan bagi perusahaan, daripada membantu pengguna mencari jodoh yang bermakna.
Penggugat mengatakan model bisnis "predator" Match menipu mereka yang mencari cinta dan hanya membuat skenario bagi pengguna agar membayar ratusan dolar setahun untuk berlangganan.
"Match menggunakan fitur-fitur untuk melakukan gamify pada platform untuk mengubah pengguna menjadi penjudi dalam pencarian imbalan psikologis yang sengaja dibuat oleh Match agar sulit dipahami," menurut pengaduan yang diajukan di pengadilan federal di San Francisco, dikutip dari Reuters, Kamis (15/2/2024).
Enam penggugat yang berasal dari di California, Florida, Georgia dan New York. menyebut hal ini tidak konsisten dengan slogan iklan Match bahwa aplikasinya "dirancang untuk dihapus".
Dalam pernyataannya, Match menolak tuntutan penggugat. Match menganggap gugatan ini konyol dan tidak ada gunanya.
"Model bisnis kami tidak didasarkan pada periklanan atau metrik keterlibatan. Kami secara aktif berusaha untuk membuat orang-orang berkencan setiap hari dan mematikan aplikasi kami. Siapa pun yang menyatakan hal lain tidak memahami tujuan dan misi seluruh industri kami," kata Kepala Eksekutif Match Bernard Kim.
Ia mengatakan kepada para analis bahwa perusahaan yang berbasis di Dallas tersebut mengadopsi "fast-fail mentality" untuk beralih dari fitur-fitur yang tidak berfungsi. Aplikasi kencan mereka seperti Tinder dan Hinge menggunakan kecerdasan buatan untuk meningkatkan pengalaman pengguna.
Gugatan tersebut mirip dengan gugatan yang menuduh induk Google, Meta, ByteDance, dan Snap yang disebut dengan sengaja merancang fitur untuk membuat jutaan anak ketagihan pada platform mereka.
Survei yang dilakukan pada Juli 2022 oleh Pew Research Center menemukan bahwa satu dari 10 orang dewasa Amerika yang sudah menikah, tinggal bersama pasangan, atau menjalin hubungan romantis bertemu dengan pasangannya di situs atau aplikasi kencan.
Namun jika aplikasi tersebut berfungsi, banyak orang kemungkinan akan berhenti menggunakannya, sehingga mengurangi pendapatan perusahaan tersebut.
Penggugat mengatakan Match mengakali hal ini dengan menciptakan keuntungan yang hanya bisa didapat dari fitur berbaya.
"Aplikasi Match menyebabkan kecanduan, dan kesepian, kecemasan, dan depresi yang menyertainya," kata Ryan Clarkson, pengacara penggugat, dalam sebuah pernyataan.
(fab/fab)