
Taktik Jack Ma Selamatkan Alibaba dari Jurang Kehancuran

Jakarta, CNBC Indonesia - Jack Ma saat ini tak lagi terlibat dalam manajemen dan operasional Alibaba Group. Namun, sebagai pendiri, sepertinya Jack Ma tak rela 'anak'-nya tersebut masuk ke jurang kehancuran.
Bisnis Alibaba memang belakangan anjlok diterpa persaingan kuat dengan pemain e-commerce yang relatif baru, Pinduoduo.
Pada kuartal IV, saham Alibaba anjlok sebesar 11%. Nilai kapitalisasi pasar Alibaba juga sudah anjlok 40% selama setahun terakhir.
Beberapa saat lalu, Jack Ma hadir sebagai penyelamat dengan memborong saham Alibaba. Aksi tersebut diperkirakan untuk membangkitkan saham perusahaan yang sempat ambles.
Jack Ma disebut membeli US$50 juta saham atau meningkatkan kepemilikannya lebih dari 4,3% dari tahun 2021 lalu, dikutip dari SCMP, Jumat (2/1/2024).
Bukan hanya Jack Ma, aksi penyelamatan yang sama juga dilakukan pendiri Alibaba lain Joe Tsai. Lewat investasi keluarga, Blue Pool Management, dia membeli US$151,7 juta untuk 1,957 juta saham perusahaan.
Dengan pembelian ini, keduanya menjadi pemilik saham tertinggi perusahaan. Saham gabungan yang dimiliki para pendiri itu melampaui kepemilikan Softbank Group.
Softbank diketahui terus mengurangi kepemilikan sahamnya di Alibaba dari Desember 2022 sebesar 7%. Pada Maret, perusahaan mengantongi 2% dan terus berkurang mencapai 0,5% bulan Mei lalu.
SCMP melaporkan juru bicara Alibaba menolak berkomentar terkait hal tersebut.
Belakangan Jack Ma memang mulai kembali terlibat ke Alibaba. Pada akhir 2023 lalu, Jack Ma mendadak nongol di grup internal karyawan Alibaba usai Pinduoduo melaporkan pertumbuhan pendapatan transaksi sebesar 315%.
Jack Ma seakan ingin memotivasi para karyawan Alibaba dengan mengimbau mereka untuk berkontribusi lebih dalam memberikan masukan ke perusahaan soal ide-ide inovatif. Salah satunya, Ma mengatakan bahwa dunia sudah memasuki era teknologi kecerdasan buatan (AI).
Menurut dia, era AI harus ditanggapi sebagai peluang dan tantangan bagi semua orang. Jika tak mau beradaptasi dan melakukan perubahan, maka AI bisa jadi ancaman. Namun, jika mau berinovasi dengan ide-ide cemerlang, AI sejatinya merupakan peluang.
Sebagai informasi, kesuksesan Alibaba di tangan Ma pada eranya pernah membawa sang pengusaha menduduki peringkat pertama sebagai orang terkaya di China. Kala itu pada 2014, Alibaba mencatat rekor IPO senilai US$ 231 miliar.
Namun, Jack Ma terkenal kerap melontarkan opini yang jujur dan blak-blakan. Hal itu juga yang membuatnya bersitegang dengan pemerintahan Xi Jinping.
Pada 2020 lalu, Ma mendadak hilang setelah mengkritik kebijakan pemerintah China. Sejak saat itu, nasib buruk Alibaba datang bertubi-tubi. Salah satunya, afiliasi Ant Group gagal IPO tahun 2020 lalu. Regulator China jadi penyebab kegagalan IPO di Shanghai dan Hong Kong.
Alibaba juga harus membayar sejumlah denda dengan jumlah tak sedikit dan melakukan serangkaian restrukturisasi. Ini dilakukan karena untuk mematuhi aturan anti monopoli milik China.
Setelah masalahnya dengan regulator China, Jack Ma sebenarnya menjauhkan diri dari manajemen Alibaba. Dia diketahui melakukan perjalanan keliling dunia dan membangun sebuah perusahaan yang bergerak di bidang makanan.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nasib Alibaba Tak Menentu Ditinggal Jack Ma, Ini Kronologinya
