Mobil Tesla China Laris Manis, Elon Musk Puyeng
Jakarta, CNBC Indonesia - Raksasa mobil listrik (EV) asal China, BYD, memprediksi profitnya akan naik hingga 86,5% sepanjang 2023 dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut merupakan hasil dari penjualan yang tinggi dan efisiensi biaya operasional perusahaan.
Secara angka, BYD mematok profit 2023 antara 29-31 miliar yuan atau setara Rp 64,4-68,9 triliun, dikutip dari Reuters, Selasa (30/1/2024).
Kendati naik signifikan dari tahun sebelumnya, tetapi proyeksi itu menunjukkan pertumbuhan yang lebih lambat. Pada 2022 lalu, BYD mengumumkan kenaikan profit hingga 446% atau 16.6 miliar yuan.
"Meski kompetisi di industri mobil listrik sangat ketat, namun kami mampu mengantongi profit tinggi dan menunjukkan ketahanan bisnis yang kuat," kata keterangan BYD.
Menurut BYD ada beberapa faktor yang membuat pertumbuhan bisnisnya moncer. Antara lain pertumbuhan penjualan di luar negeri, serta kontrol biaya pada pasokan komponen.
Sebagai perbandingan, Tesla yang merupakan pesaing terbesar BYD melaporkan pertumbuhan profit 'hanya' 19,4% sepanjang 2023 menjadi US$ 15 miliar atau setara Rp 236 triliun.
Musk juga mengatakan kepada para investor bahwa pertumbuhan penjualan Tesla bakal melambat di 2024. Bahkan, Musk turut mengakui bahwa industri mobil listrik China adalah yang paling kompetitif di dunia saat ini.
Pada kuartal terakhir 2023, BYD menjadi produsen mobil listrik terbesar dari jumlah penjualan. Sebanyak 526.409 unit EV dikapalkan pada periode tersebut. Jauh lebih besar ketimbang Tesla yang 'hanya' menjual 484.507 mobil listrik.
Sepanjang 2023, BYD menjual 3.02 juta unit mobil listrik atau naik 61,9% dari tahun sebelumnya.
Pada Januari ini, BYD meluncurkan tiga model mobil listrik di Indonesia untuk memantapkan posisinya di pasar Asia Tenggara.
(fab/fab)