Joe Biden Minggir, China Buka-Bukaan Labrak Uni Eropa

Redaksi, CNBC Indonesia
Rabu, 24/01/2024 19:00 WIB
Foto: Presiden China Xi Jinping bertemu dengan Bill Gates, Jumat (16/6/2023). (Tangkapan Layar Video Reuters/CHINA CENTRAL TELEVISION (CCTV))

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan geopolitik antara China dan Amerika Serikat (AS) menjadi topik hangat sejak tahun lalu. Kedua negara berlomba-lomba mendominasi pengembangan teknologi canggih seperti AI.

Drama makin kencang usai pemerintahan Joe Biden memblokir chip dan alat pembuat chip ke China. Sebagai balasan, raksasa China berupaya membuat chip secara mandiri.


Selain ketegangan dengan AS, China juga tengah bersitegang dengan Uni Eropa. Hal ini bermula dari laporan penyelidikan yang dikeluarkan Komisi Eropa pada tahun lalu.

Komisi Eropa berencana mengenakan tarif hukuman atas impor kendaraan listrik (EV) murah dari China. Hal tersebut dikatakan untuk melindungi para produsen lokal. Uni Eropa menuduh China mendapat keuntungan dari subsidi negara.

Awal bulan ini, Komisi Eropa mengatakan akan menyelidiki beberapa produsen EV China dalam beberapa pekan ke depan. Antara lain BYD, Geely, dan SAIC, dikutip dari Reuters, Rabu (24/1/2024).

Duta Besar China untuk Uni Eropa, Fu Cong, mengatakan penyelidikan lembaga tersebut terhadap produsen EV China atas subsidi negara "tidak adil". Kendati begitu, China akan tetap mematuhi ketentuan Uni Eropa.

"Kami ingin menghindari situasi yang mengakibatkan kedua pihak melancarkan pembatasan dagang satu sama lain," kata dia.


(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Adopsi Teknologi Tinggi, Infrastruktur Digital Makin Diperkuat