Ngeri! Facebook-Instagram Makin Banyak Panen Data Pengguna
Jakarta, CNBC Indonesia - Menyambut 2024, Facebook meluncurkan fitur baru yang mengundang kontroversi soal keamanan privasi pengguna. Dinamai 'Link History', fitur itu akan menyimpan semua link yang dikunjungi pengguna melalui aplikasi Facebook.
Pengguna bisa menonaktifkan penyetelan Link History. Namun, secara default, setelan fitur itu diaktifkan.
Laporan Gizmodo menyebut Facebook seakan 'memaksa' pengguna untuk menggunakan Link History. Data yang tersimpan digunakan untuk menyebar iklan yang terpersonalisasi alias targeted ads.
Facebook mengatakan Link History berguna untuk memudahkan pengguna melihat aktivitas browsing di dalam aplikasi.
"Dengan penyetelan baru ini, Anda tak akan kehilangan link lagi," kata Facebook di notifikasi pop-up yang disebar ke pengguna.
"Ketika Anda mengizinkan Link History, kami akan menggunakan informasi tersebut untuk meningkatkan pengalaman iklan di seluruh teknologi Meta," kata Facebook, dikutip Kamis, (4/1/2024).
Facebook berjanji akan menghapus data di Link History dalam 90 hari, jika pengguna memilih menonaktifkan fitur itu. Menurut laman bantuan Facebook, Link History saat ini baru diluncurkan di beberapa negara.
Perilisannya secara global akan dilakukan bertahap.
Sisi positifnya, Facebook kini lebih terbuka soal panen data yang dilakukan lewat Link History merupakan hal yang patut diapresiasi. Setidaknya data pengguna tak diambil secara diam-diam tanpa persetujuan.
Pengguna juga bisa memilih apakah rela datanya diambil atau tidak.
(fab/fab)