
Amerika-Inggris Berebut Satelit Raksasa RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Komunikasi masih akan mengkaji lebih lanjut untuk melanjutkan kesuksesan proyek Satelit Republik Indonesia (Satria-1).
Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie mengatakan, Satria-2 masih dalam kajian lebih lanjut yang akan menjadi bagian dari kebutuhan bandwidth untuk masyarakat Indonesia.
Meski belum terlihat hilalnya sampai sekarang, namun sudah banyak negara yang menyatakan minatnya pada proyek satelit ini.
"Terus terang untuk Satria-2 ini udah banyak yang berminat, saya sebut aja negaranya Inggris, Prancis, Amerika juga berminat," ujarnya dalam program Your Money Your Vote di CNBC Indonesia. "Biar aja nanti kita (jadikan) beauty contest, mana yang terbaik dari sisi teknologi maupun waktu dan tentu saja harga yang kompetitif yang akan kita pilih," imbuhnya.
Ketika ditanya soal target, Budi mengatakan proyek tersebut masih dalam kajian. Nanti setelah Satria-1 beroperasi tahun depan akan digunakan sebagai bahan kajian untuk kebutuhan satelit Satria-2
"Kita perlunya berapa? misalnya ada yg bilang kita perlu 1 terabyte total, kan baru 150gigabyte yang Satria-1. Berapa satelit internet yang kita butuhkan bisa kita lihat," jelasnya.
Satria-1 sendiri telah beroperasi setelah diresmikan oleh Presiden Jokowi.
Internet di pedalaman masih lelet
Dirut Bakti Kominfo Fadhilah Mathar mengakui bahwa ketersediaan internet di wilayah 3T belum didukung oleh kapasitas kecepatan.
Beberapa daerah yang BTS 4G-nya belum punya kecepatan hingga 25 Mbps. Menurut dia, ini disebabkan kontur negara kepulauan yang tidak tersambung secara teresterial.
"Di desa Bowombaru ini kami bisa pakai antena microwave sehingga transmisinya lebih besar. Sementara kalau di daerah lain ada yang cuma bisa pakai teknologi VSAT. Kapasitasnya tentu tidak sebaik yang dibangun di teresterial," kata dia kepada CNBC Indonesia, Kamis (28/13/2023).
VSAT merupakan stasiun penerima sinyal yang dipancarkan dari satelit. Misalnya saja proyek Satria-1 yang memiliki kapasitas 150 Gbps yang dibagikan ke 37 ribu titik. Artinya, per titik kapasitasnya hanya sekitar 5 Mbps.
"Kebutuhan masyarakat sekarang di sini 25 Mbps, ketika sekolah sangat aktif akan meningkat kebutuhan bandwidth-nya. Kita di Jabodetabek juga kadang ngeluh kan internet lemot kalau trafik penggunaannya lagi tinggi."
Kendati demikian, Fadhilah mengatakan Kominfo berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas internet di daerah 3T. Ia mengatakan tahun depan akan dilakukan perbaikan dan peningkatan kapasitas.
"Begitu ada kapasitas yang tersedia, kami akan mulai meningkatkan bandwidth untuk semua lokasi BTS, terutama yang VSAT," ia menuturkan.
Saat ini, kata dia, yang terpenting hampir semua titik sudah dibangun infrastrukturnya. Jadi, penambahan kapasitas akan lebih mudah.
(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Satria-1 Sampai di Orbit, Kirim Sinyal ke 11 Kota di RI
