
Nyamuk Wolbachia Dilepas di RI, Bappenas: Setop Dulu Lah!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian PPN/Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) mempertanyakan program penyebaran nyamuk yang disuntik Wolbachia. Pihaknya berjanji bakal meminta kajian yang jelas.
Hal ini diungkapkan Staf Khusus Menteri Kementerian PPN/BAPPENAS Kemal Taruc usai menerima audiensi dengan beberapa pegiat kesehatan yang berdemo di depan Kantor Pusat Kementerian PPN/BAPPENAS, Kamis (30/11/2023). Menurutnya, belum ada kajian yang jelas terhadap dampak lingkungan dan kesehatan.
"Saya kira teman sudah bilang mau komunikasi, iya (komunikasi) dari Bappenas harus cari tahu. Kenapa begini, saya dengar penjelasannya apa tentu mereka punya alasan ya, jadi kita nggak mau bilang salah begini, sehingga semua bisa menjadi terang dan terbuka," kata Kemal kepada wartawan.
Namun, ia menegaskan Bappenas tidak berada pada posisi menolak program ini. Hanya saja, perlu kajian dan sosialisasi yang jelas untuk menyebarkan nyamuk yang berasal dari luar negeri itu.
"Jangan mengalihkan (meminta) Kemenkes yang harus hentikan, kita potong ke pihak yang lebih berwenang lagi. Mudah-mudahan Menteri Bappenas kita bisa memengaruhi dan membujuk apa terserah stop dulu lah, semua langkah dipakai. Jadi logika saya kalau nggak ada apa-apa lepas tapi kalau ada apa-apa kan nggak bisa ditarik lagi," katanya.
"Saya juga nggak ngerti nyamuk ini bener begitu apa tidak, telurnya banyak. Saya tunggu jelasnya seperti apa," sambungnya.
Nantinya Bappenas siap untuk menjadi mediator untuk membuat diskusi dengan semua pihak terkait. Supaya rekomendasi ini bisa langsung disampaikan kepada Presiden Joko Widodo.
"Sikap kita mengundang semua, bentuknya skenario kalau dijalankan begini, kalau ndak begini. kita ndak ambil posisi kecuali presiden yang ambil dengan rekomendasi kita," jelasnya.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan menetapkan empat wilayah yang masuk ke dalam uji coba penyebaran nyamuk ber-wolbachia. Yakni Kupang Nusa Tenggara Timur, Bontang, Kalimantan Timur, Semarang Jawa Tengah, dan Jakarta Barat.
Uji coba ini dilakukan usai penelitian yang sejak 2011 di Yogyakarta. Yakni oleh World Mosquito Program (WMP) dan didukung yayasan Tahija. Hasil nya pada 2022 diklaim dapat menekan penyebaran kasus demam berdarah hingga 77%.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
