Bukti Raksasa China Tak Peduli Bumi Mau Kiamat
Jakarta, CNBC Indonesia - Greenpeace, organisasi kampanye lingkungan hidup, mengkritik enam e-commerce besar yang ada di China.
Lembaga tersebut menilai para e-commerce tidak melakukan upaya yang cukup untuk mengarahkan konsumen agar menerapkan konsep gaya hidup berkelanjutan alias sustainable.
"Ada kemajuan yang jelas bagi beberapa perusahaan ini sejak terakhir kali kami melakukan analisis formal," kata Tang Damin, manajer proyek Greenpeace di Beijing, dikutip dari Reuters, Jumat (10/11/2023).
"Tetapi secara keseluruhan, raksasa e-commerce China masih belum optimal untuk menerapkan konsep sustainability," imbuhnya.
Dalam laporan yang menilai rekor lingkungan hidup enam raksasa e-commerce China, Greenpeace mengatakan platform belanja online Pinduoduo memiliki kinerja terburuk. Perusahaan itu bahkan tidak membuat kemajuan apa pun dalam perlindungan iklim dan lingkungan.
Pinduoduo mendapat nilai negatif dalam daftar Greenpeace setelah gagal menyusun strategi mengenai isu-isu seperti perubahan iklim, limbah, bahan kimia berbahaya, dan keanekaragaman hayati.
Perusahaan tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Pinduoduo juga merupakan satu-satunya perusahaan di antara enam perusahaan yang dinilai belum menerapkan langkah-langkah pelarangan perdagangan tanaman dan hewan ilegal.
Laporan tersebut juga mengatakan bahwa meskipun operator aplikasi video Kuaishou dan Douyin telah mengambil tindakan, produk terlarang masih tersedia di platform mereka hingga akhir Agustus. Baik Kuaishou maupun pemilik Douyin, Bytedance, tidak menanggapi permintaan komentar.
Greenpeace mengatakan Alibaba adalah yang berkinerja terbaik, dan merupakan satu-satunya dari enam perusahaan yang memiliki strategi untuk merespons perubahan iklim melalui pelibatan dan pemberdayaan pengguna dan bisnis di platformnya.
(fab/fab)