Internet Satelit Makin Ramai, Nasib BTS Gimana?

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
08 November 2023 17:55
A Falcon 9 SpaceX rocket with a payload of approximately 60 satellites for SpaceX's Starlink broadband network lifts off from Space Launch Complex 40 at the Cape Canaveral Air Force Station in Cape Canaveral, Fla., Wednesday, Jan. 29, 2020. (AP Photo/John Raoux)
Foto: Roket Falcon 9 SpaceX dengan muatan sekitar 60 satelit untuk jaringan broadband Starlink SpaceX lepas landas dari Space Launch Complex 40 di Stasiun Angkatan Udara Cape Canaveral di Cape Canaveral, Florida, Rabu, (29/1/2020). (AP / John Raoux)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mulai banyak perusahaan yang masuk ke pasar internet berbasis satelit. Mulai dari Elon Musk dengan Starlink, Project Kuiper dari Amazon dan Oneweb yang berada di orbit rendah Bumi (LEO).

Director & Chief Business Officer IOH Muhammad Buldansyah menjelaskan internet satelit ini baik untuk wilayah kepulauan seperti Indonesia. Dengan begitu, bisa menjangkau daerah-daerah yang sulit terkoneksi internet.

"Jadi sebetulnya bagus sih untuk Indonesia negara kepulauan banyak sekali pulau sulit dijangkau untuk infrastruktur biasa. Kemudian daerah kayak di lautan terus monitoring di kapal itu semua butuh konektivitas," kata Danny di Jakarta, Rabu (8/11/2023).

Dia mengatakan satelit bisa jadi salah satu opsi untuk daerah yang belum terjangkau teknologi fiber optik maupun microwave. Pilihan lainnya adalah dengan satelit model lama VSAT, namun harganya masih lebih lama.

Sementara untuk antena, penggunaan satelit lama lebih murah. Satelit LEO lebih mahal karena antena di Bumi harus mengikuti pergerakan satelit yang ada di orbit.

"Kalau LEO antena relatif mahal, karena antenanya bergerak, ngambil satelit berikutnya," jelas dia.

Saat ditanya apakah teknologi ini bisa menggantikan Base Transceiver Station (BTS), dia mengatakan tidak. Karena sejauh ini belum ada lagi telefon satelit yang telah diizinkan untuk mobile.

Satelit juga dinilai masih lebih mahal dari segi ekonomi. Termasuk dari beberapa hal lainnya masih belum bisa menggantikan teknologi lainnya.

"Kalau secara yang ada sekarang, mau bagaimana pun nomor satu secara ekonomis masih lebih mahal pakai satelit. Kedua memang dari sisi kapasitas, kualitas, belum bisa menggantikan yang ada," ujar Danny.


(npb/npb)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hati-hati Elon Musk, Indosat PDKT Saingan Starlink

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular