Bukan Starlink Elon Musk, Ini Pahlawan Internet Gaza Menyala
Jakarta, CNBC Indonesia - Koneksi internet dan layanan komunikasi lain di Gaza sempat beberapa kali lumpuh akibat serangan udara dari Israel.
Dan yang melakukan pemulihan adalah perusahaan Palestina sendiri, yakni Paltel Gorup atau Palestine Telecommunications. Bukan karena Elon Musk lewat Starlink yang ia janjikan sebelumnya.
Paltel Group merupakan perusahaan telekomunikasi terbesar di Gaza yang didirikan pada 1995 dari saham gabungan publik.
Perusahaan yang berbasis di Palestina itu bergerak dalam penyediaan layanan telepon lokal dan internasional, Internet, komunikasi data, seluler, layanan bernilai tambah, telepon umum, serta produk dan layanan terkait lainnya di Palestina.
Dalam catatan World Bank, Paltel mulai memberikan layanan tetap pada Januari 1997 karena infrastruktur yang tidak memadai yang diwariskan Israel.
Paltel kemudian segera melakukan modernisasi dan perluasan jaringan, sambil memulai rencana luas untuk mencapai cakupan di setiap rumah warga Palestina.
Di dalam satu tahun beroperasi Paltel telah mengganti setiap link analog di jaringan, dan pada tahun 1998 menyelesaikan kabel serat optik sepanjang 140 km yang menghubungkan kota-kota utama di Jalur Gaza, dan penghubung antar kota sepanjang 260 km di Jalur Gaza.
Untuk fixed-broadband, hampir semua pelanggan dilayani oleh jalur ADSL yang dikirimkan melalui Paltel infrastruktur. Paltel mendirikan anak perusahaan Hadara pada bulan Februari 2005 dengan membeli tiga perusahaan ISP di wilayah Palestina untuk mengelola bisnis internet dan data.
Group ini merupakan pemberi kerja nomor satu di sektor swasta, dengan lebih dari 3.000 karyawan di Tepi Barat dan Jalur Gaza, menjadikannya pemberi kerja terbesar setelah pemerintah Palestina.
Kini layanan telekomunikasi Paltel tengah diuji lantaran bombardir yang dilakukan Israel di Jalur Gaza. Paltel mengatakan pihaknya mengalami gangguan total pada semua layanan komunikasi dan internet akibat serangan dari Israel.
Bombardir serangan udara dilaporkan telah menghancurkan sebagian besar infrastruktur pendukung layanan telekomunikasi.
(dem)