Eropa Kasih Peringatan ke Google-FB, Jangan Kegocek Putin

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
27 September 2023 19:30
Putin memerintahkan pejuang Wagner untuk menandatangani sumpah setia. (Sputnik/Mikhail Klimentyev/Kremlin via REUTERS)
Foto: Putin memerintahkan pejuang Wagner untuk menandatangani sumpah setia. (Sputnik/Mikhail Klimentyev/Kremlin via REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Presiden Komisi Eropa Vera Jourova mendesak Google, Microsoft, Meta dan TikTok untuk mengatasi masalah disinformasi di platform mereka jelang pemilihan umum tahun depan.

Jourova menuduh Rusia menyebarkan manipulasi massal bernilai jutaan euro untuk mengacaukan proses pemilu di Eropa.

Jourova juga menyoroti platform sosial X (dulunya Twitter) milik Elon Musk. Ia mengatakan media sosial itu memiliki rasio postingan berita palsu terbesar dibandingkan platform lainnya.

Kekhawatiran meningkat dalam beberapa bulan terakhir mengenai serentetan disinformasi terkait pemilu di Slovakia pada 30 September dan Polandia bulan depan, serta pemilu Parlemen Eropa tahun depan.

Perusahaan-perusahaan dan platform online lainnya telah mengirimkan data tentang aktivitas mereka dalam enam bulan terakhir untuk melawan berita palsu sebagai bagian dari kode praktik Uni Eropa mengenai disinformasi.

"Negara Rusia telah terlibat dalam perang gagasan untuk mencemari ruang informasi kita dengan setengah kebenaran dan kebohongan untuk menciptakan gambaran palsu bahwa demokrasi tidak lebih baik dari otokrasi," katanya pada konferensi pers, dikutip dari Reuters, Rabu (27/9/2023).

"Ini adalah senjata manipulasi massal bernilai jutaan euro," ujarnya.

"Platform yang sangat besar harus mengatasi risiko ini. Terutama karena kita berharap Kremlin dan pihak lain akan aktif sebelum pemilu," imbuhnya.

Setelah pemilu Parlemen Eropa terakhir pada tahun 2019, Dewan Keamanan Rusia membantah tuduhan bahwa Moskow telah menyebarkan disinformasi untuk memengaruhi hasil pemilu. Pemerintahan Putin mengatakan tuduhan itu tak masuk akal.

Februari lalu, Yevgeny Prigozhin, mantan ketua kelompok tentara bayaran Wagner Rusia, mengakui telah mendirikan Badan Penelitian Internet. Badan ini menurut Washington adalah ladang disinformasi yang ikut campur dalam pemilihan presiden AS tahun 2016.

Rusia juga telah membatasi platform media sosial Barat setelah memperketat sensor sejak invasi besar-besaran ke Ukraina tahun lalu, dan menyatakan pemilik Facebook, Meta, bersalah atas "aktivitas ekstremis" pada Maret 2022.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Warga AS Ramai-ramai Tinggalkan Twitter, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular