
Tak Cuma HP, Bisnis Game Ikut Anjlok Gara-Gara China

Jakarta, CNBC Indonesia - Seiring dengan lesunya bisnis smartphone selama beberapa kuartal terakhir, ternyata industri game pun mengalami kondisi serupa. Data dari firma IDC dan Data.ai menunjukkan pengeluaran masyarakat untuk game mengalami penurunan.
Untuk mobile game, pengeluaran konsumen menurun sejak 2021. Hingga akhir 2023 nanti, diproyeksikan pengeluaran game global 'hanya' mencapai US$ 108 miliar atau sekitar Rp 1.645 triliun.
Angka itu menurun 2% dibandingkan tahun 2022. Sementara itu, tahun 2021 merupakan puncak pengeluaran tertinggi untuk mobile game yang hampir tembus US$ 120 miliar.
Kendati demikian, game PC/Mac dan konsol rumahan masih mencatat pertumbuhan tipis, masing-masing 3% dan 4%. Sementara itu, game handheld seperti Nintendo Switch dan Steam Deck juga mengalami penurunan pengeluaran yang diproyeksikan hingga 20%.
Menurut laporan, penurunan game mobile turut dipengaruhi regulasi yang ketat di China terkait penggunaan perangkat seluler bagi remaja, dikutip dari VentureBeat, Kamis (31/8/2023).
Regulasi China menetapkan remaja hanya bisa main game 3 jam selama seminggu pada akhir pekan, yakni di rentang pukul 08.00 hingga 21.00 waktu setempat. Hal ini untuk mengurangi kecanduan game pada anak.
Selain itu, pemerintah China juga membatasi lisensi game. Hal ini berdampak pada distribusi dan koleksi game yang hadir secara resmi di Negeri Tirai Bambu.
Juru selamat game mobile, menurut data IDC, disokong oleh pertumbuhan di Korea Selatan (Korsel). Pasar selain Amerika Utara, Asia Pasifik, dan Eropa Barat, rata-rata mengalami penurunan pengeluaran untuk game di Q1 2023.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menjajal Realme 12 Pro Plus 5G di RI, HP Mahal Bisa Minder
