Pengaruh Xi Jinping, Warga China Ketakutan Diintip Elon Musk
Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan China makin panas dalam beberapa bulan terakhir, utamanya di sektor teknologi. Kedua negara saling boikot dan tuduh teknologi masing-masing membahayakan keamanan nasional.
Terbaru, Tesla yang merupakan perusahaan AS ikut terkena imbas. Perusahaan milik Elon Musk tersebut menjadi pemain mobil listrik terbesar di China.
Negara yang dikuasai Xi Jinping tersebut belakangan mulai 'menyerang' Tesla atas tuduhan klasik soal keamanan. Media lokal melaporkan bahwa bandara di bagian selatan China melarang parkir mobil Tesla.
Namun, metode pengantaran (drop-off) dan penjemputan (pick-up) dengan mobil Tesla masih diperbolehkan.
Larangan parkir mobil Tesla dikarenakan fitur 'sentry mode', yakni kamera pada bagian luar mobil yang digunakan untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan ketika pemiliknya sedang pergi.
Tujuan sentry mode adalah mencegah pencuri merampok barang di dalam mobil. Fitur serupa juga tersedia pada mobil listrik buatan China. Hanya saja, status Tesla sebagai perusahaan AS membuat pemerintah setempat khawatir.
Menanggapi hal ini, Tesla menjelaskan bahwa data yang dikumpulkan sentry mode hanya tersimpan secara offline dalam perangkat USB di dalam mobil.
"Tak seperti brand lain, pemilik Tesla dan orang lain tak bisa melihat data mobil Anda secara remote lewat sentry mode," tulis perwakilan Tesla melalui akun Weibo, dikutip dari TechCrunch, Selasa (15/8/2023).
Tesla juga menegaskan bahwa sentry mode harus diaktifkan secara manual oleh pemilik mobil. Kameranya pun hanya bekerja ketika ada ancaman yang terdeteksi.
Terakhir, Tesla juga mengingatkan warga China bahwa data center teknologinya sudah mematuhi aturan yang berlaku di negeri Tirai Bambu. Klarifikasi ini demi meyakinkan bahwa produk Tesla mematuhi keamanan privasi pengguna.
(fab/fab)