Covid Mendadak Meledak di Inggris, Bos WHO Buka Suara

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
07 August 2023 07:43
Inggris secara resmi mengumumkan menghapus semua aturan hukum pembatasan virus corona (Covid-19). Setelah menghilangkan masker, kini kerajaan itu tak lagi mewajibkan seseorang yang terinfeksi corona melakukan isolasi mandiri (isoman) bahkan menghapus pengujian corona gratis. (AP/Matt Dunham)
Foto: Inggris secara resmi mengumumkan menghapus semua aturan hukum pembatasan virus corona (Covid-19). Setelah menghilangkan masker, kini kerajaan itu tak lagi mewajibkan seseorang yang terinfeksi corona melakukan isolasi mandiri (isoman) bahkan menghapus pengujian corona gratis. (AP/Matt Dunham)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tiga bulan setelah WHO mencabut status darurat pandemi pada Mei lalu, kasus Covid-19 di Inggris kembali meledak. Kasus tersebut terkait varian baru yakni subvarian Omicron EG.5.1 atau yang disebut sebagai Eris.

Melansir laman detikhealth, WHO telah memasukkan Eris sebagai bagian varian yang diawasi atau variant under monitoring (VUM) pada bulan Juli lalu. Ini dilakukn setelah prevelansinya tercatat di Inggris dan adanya peningkatan kasus di internasional, khususnya di wilayah Asia.

Sementara itu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus juga ikut buka suara. Dia menekankan pentingnya peran otoritas negara, meskipun di sisi lain masyarakat telah terlindungi baik melalui vaksin Covid-19 ataupun yang pernah terinfeksi sebelumnya.

Pemerintah negara, Tedros mengatakan untuk tetap mempertahankan fasilitas yang telah dibangun untuk Covid-19 sebelumnya. Termasuk untuk tidak membongkarnya.

"Dan kami mendesak pemerintah untuk mempertahankan dan tidak membongkar sistem yang mereka bangun untuk Covid-19," jelas Tedros.

Tedros juga mengimbau bagi masyarakat yang memiliki risiko tinggi tetap menggunakan masker di tempat umum. Selain itu, mereka juga didorong mendapatkan suntikan dosis tambahan atau booster jika diberi rekomendasi.

"WHO terus mengimbau orang yang berisiko tinggi untuk memakai masker di tempat ramai, mendapatkan booster jika direkomendasikan, dan memastikan ventilasi yang memadai di dalam ruangan," ujar Tedros.

Dalam laporannya pekan lalu, Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) mencatat adanya penambahan menjadi 5,4% dari 4.396 spesimen pernapasan melalui laporan Sistem Data Mart Pernapasan yang disebut sebagai Covid-19. Sebelumnya laporan berjumlah 3,7% dari 4.403 spesimen.

UKHSA juga mnencatat Eris telah memiliki pertumbuhan signifikan mencapai 20,5% dari jenis varian atau subvarian lain. Selain itu juga menyumbang 14,6% kasus dan menjadi varian paling umum kedua yang ditemukan di Inggris.

Melihat fenomena ini, professor Paul Hunter yang merupakan spesialis penyakit menular menilai masih terlalu dini mengambil kesimpulan varian EG.5.1 akan mempengaruhi kesehatan di Inggris. Dia meyakini dalam beberapa titik varian dapat menjadi dominan dan mendorong infeksi total, namun kemungkinannya tidak dramatis.



[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sudah Masuk RI, Gejala Covid Varian Baru Tampak di Mata

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular