China Tawarkan Pesaing GPS Plus Subsidi, Mau Gusur Amerika
Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak yang tidak tahu bahwa China punya pesaing GPS, sistem navigasi satelit yang punya 6 miliar pengguna di seluruh dunia.
GPS yang kepanjangannya adalah Global Positioning System, adalah sistem milik pemerintah Amerika Serikat yang dikelola oleh Space Force - salah satu unit militer negara adidaya tersebut.
Awalnya, GPS dibangun sebagai perangkat militer untuk memandu pergerakan rudal jarak jauh dan drone. Namun, teknologi ini kini digunakan untuk berbagai kegiatan sehari-hari penduduk dunia.
Hampir semua layanan terkait internet kini memanfaatkan GPS mulai dari penerbangan, jaringan internet mobile, peta digital, hingga verifikasi keamanan untuk layanan bank digital.
GPS dominan meskipun bukan satu-satunya teknologi panduan navigasi berbasis satelit. Rusia memiliki GLOSNASS, sedangkan Uni Eropa punya Galileo.
Sepanjang sejarah kemunculannya, setiap pemilik teknologi navigasi berbasis satelit sangat terbuka untuk berkolaborasi dengan semua negara dan kelompok. Bahkan Galileo bisa digunakan gratis oleh siapa saja.
China sudah lama gatal ingin memiliki sistem navigasi global. Mereka kini memiliki teknologi sendiri yang mereka namakan Beidou.
Sarah Sewall, mantan pejabat di Departemen Luar Negeri AS, mengatakan bahwa pengalaman peristiwa rudal yang "hilang" di tengah krisis Selat Taiwan membuat pemerintah China sadar betapa krusialnya sistem serupa GPS milik sendiri.
"Ketika mereka kehilangan kemampuan untuk melacak rudal yang mereka luncurkan dalam salah satu konflik di tengah krisis Selat Taiwan, mereka merasa seperti terbangun dari tidur. Mereka memutuskan bahwa mereka membutuhkan sistem milik sendiri untuk memastikan jangkauan terus menerus, akurasi sesuai keinginan, dan tidak bergantung kepada negara lain untuk hal yang sangat vital," katanya kepada Space.com.
Namun, kekuatan militer bukan satu-satunya alasan China membangun Beidou. Seperti halnya GPS, China memperkirakan Beidou bisa menciptakan nilai ekonomi US$ 156 miliar pada 2025.
"Ekspor perangkat infrastruktur China, yang terakait posisi, navigasi, hingga pengukuran waktu, mengandalkan data yang ditarik dari Beidou. Semua ini juga dipaketkan bersama teknologi 5G China, yang semua disubsidi lewat inisiatif Belt and Road dan Digital Silk Road," kata Sewall.
(dem/dem)