AI Bawa Malapetaka, Google-Microsoft Untung Besar

Redaksi, CNBC Indonesia
27 July 2023 13:10
FILE PHOTO: A logo is pictured at Google's European Engineering Center in Zurich, Switzerland July 19,  2018   REUTERS/Arnd Wiegmann/File Photo
Foto: REUTERS/Arnd Wiegmann

Jakarta, CNBC Indonesia - Teknologi kecerdasan buatan (AI) dikhawatirkan membawa malapetaka di masa depan. Bahkan, pencipta ChatGPT yang mempopulerkan penerapan AI terang-terangan menyebut teknologi itu akan membuat manusia menganggur.

Tak hanya itu, AI juga ditakutkan akan mempermudah penyebaran disinformasi dan propaganda. Bahkan, AI juga bisa membantu para penjahat siber dalam menjalankan aksi peretasan.

Hingga kini, berbagai negara di belahan dunia masih dalam tahap merumuskan regulasi AI. China adalah salah satu yang paling duluan menyusun regulasi di negaranya. Sementara itu, AS juga bersama dengan para petinggi industri beberapa kali bertemu untuk membahas aturan AI.

Di tengah karut-marut soal pembahasan AI, raksasa teknologi adalah pihak yang paling diuntungkan dari teknologi ini. Terbukti, kinerja bisnis Google dan Microsoft meningkat tajam di atas ekspektasi para analis pada Q2 2023.

Microsoft mengantongi profit US$ 20,1 miliar atau naik 20% secara tahun-ke-tahun. Penjualannya pun meningkat tajam menjadi US$ 56,2 miliar.

Hal ini berkat pengembangan chatbot AI Bing yang diimplementasikan di berbagai layanan Microsoft. Sebelum mengembangkan Bing berbasis ChatGPT, bisnis Microsoft bisa dibilang stagnan.

Di saat bersamaan, Alphabet yang merupakan induk Google meraup keuntungan US$ 18,7 miliar, naik dari sebelumnya US$ 16 miliar. Pendapatannya tercatat US$ 74,6 miliar. Pencapaian itu di atas prediksi analis.

"Kepemimpinan kami di AI dan inovasi mendorong evolusi lanjutan dari Search dan layanan lainnya," kata CEO Alphabet Sundar Pichai, dikutip dari laporan keterbukaan perusahaan, Kamis (27/7/2023).

"Ada momentum penggerak yang membuahkan hasil kinerja positif pada kuartal ini," ujarnya.

Dikutip dari Gizmochina, Kamis (27/7/2023), investasi raksasa teknologi ke AI tidak murah. Dari segi teknis saja, infrastruktur yang dibutuhkan sangat banyak dan rumit. Belum lagi dari segi tenaga kerja berkualitas yang dibutuhkan untuk mengembangkan layanan AI berstandar tinggi.

Namun, untuk jangka panjang, investasi ke AI dinilai sebagai keharusan jika ingin bertahan di ketatnya persaingan industri. Para investor tampak bersemangat dengan hasil kinerja Microsoft dan Alphabet.

Setelah melaporkan kinerja Q2, saham Microsoft naik 4%, sementara Alphabet naik 7%.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Karyawan Google Dipecat Gegara Bongkar Rahasia Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular