Ternyata, AI Bukan Biang Kerok Banyak Pekerjaan Akan Hilang

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
Kamis, 20/07/2023 21:15 WIB
Foto: AP/John Locher

Jakarta, CNBC Indonesia - Belakangan publik dibuat khawatir oleh kekuatan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dan teknologi yang semakin meningkat, yang dapat mengambil alih pekerjaan manusia sejak ChatGPT menjadi viral akhir tahun lalu.

Dilansir dari CNBC International, seiring popularitasnya yang melonjak, kemampuan dan potensi AI menjadi semakin jelas dan semakin dikenal di kalangan masyarakat. Bersamaan dengan itu, perdebatan pun semakin panas tentang bagaimana teknologi dapat mempengaruhi karir seseorang.

Sementara itu, para ahli mengatakan bahwa AI pasti akan berdampak kepada pekerjaan dan setidaknya sebagian mengotomatisasikannya. Para ahli juga menunjukkan kemajuan teknologi sering menciptakan peran baru.


Namun demikian, menurut laporan HSBC terbaru, perkembangan teknologi seperti pertumbuhan AI mungkin bukan faktor terbesar di balik hilangnya pekerjaan di masa depan.

Mengacu "Laporan Ketenagakerjaan 2023" Forum Ekonomi Dunia, WEF, HSBC mencatat hanya empat tren ekonomi makro yang diperkirakan akan menyebabkan perpindahan pekerjaan.

Faktor paling umum yang diharapkan perusahaan untuk menyebabkan hilangnya pekerjaan adalah pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat.

Sebelumnya, Bank Dunia mengatakan pihaknya memperkirakan ekonomi global tumbuh pada tingkat yang jauh lebih lambat dari tahun 2022, dengan perkiraan 2,1% untuk tahun 2023 dibandingkan dengan 3,1% tahun 2022.

"Tantangannya jelas, pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah dan kekurangan pasokan atau permintaan secara umum berarti banyak perusahaan berharap untuk beroperasi dengan lebih sedikit pekerja," tulis analis HSBC dalam laporan tersebut, seperti dikutip Kamis (20/7/2023).

"Tetapi penting untuk diingat bahwa tidak semua perubahan ekonomi diharapkan berarti lebih sedikit pekerja," tambahnya.

Seperti misalnya, perusahaan mengharapkan transisi hijau dan penggunaan standar lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) untuk menghasilkan lebih banyak pekerjaan.

Dampak Teknologi pada Pekerjaan

"Peningkatan adopsi teknologi baru" adalah pola lain yang diharapkan perusahaan mengarah pada penciptaan lapangan kerja, dan AI adalah bagian dari ini. Menurut data WEF, sekitar 20% perusahaan mengharapkan AI untuk menambah pekerjaan daripada menggantinya.

Hanya dua faktor terkait teknologi yang diperkirakan akan menyebabkan peran menjadi mubazir, yaitu munculnya robot humanoid dan non-humanoid.

"Sementara AI mendapatkan sebagian besar perhatian saat ini, ada baiknya mempertimbangkan sepenuhnya dampak dari berbagai teknologi di pasar tenaga kerja," dikutip dari laporan tersebut.

Terutama jika menyangkut teknologi, pengaruh perkembangan baru mungkin juga lebih luas daripada sekadar pekerjaan yang digantikan.

"Pertanyaannya adalah apakah kita dapat memiliki pekerja yang cukup dan keterampilan pekerja yang tepat untuk memenuhi kebutuhan baru ini."

Bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat yang menyebabkan hilangnya pekerjaan, HSBC mengidentifikasi kekurangan pasokan dan kenaikan biaya untuk bisnis, meningkatnya biaya hidup konsumen dan dampak berkelanjutan dari pandemi virus corona.

Temuan itu muncul karena inflasi pada tingkat konsumen dan grosir tetap tinggi di banyak negara di seluruh dunia, meskipun ada indikasi tekanan dari kenaikan harga mungkin berkurang.

Laporan indeks harga konsumen dan produsen AS terbaru datang lebih rendah dari yang diharapkan, dengan indeks harga konsumen mencapai level terendah sejak Maret 2021 secara tahunan di bulan Juni, tetapi masalah tetap ada.


(dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Adopsi Teknologi Tinggi, Infrastruktur Digital Makin Diperkuat