
Perbedaan Virtual Reality & Augmented Reality, Jangan Salah!

Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak masyarakat yang masih salah mengerti antara Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR). Meski sama-sama menciptakan realitas baru yang bisa dirasakan pengguna dalam teknologi digital, keduanya memiliki perbedaan yang sangat signifikan.
Perlu diketahui, potensi pasar dalam skala global untuk AR dan VR diperkirakan mencapai US$ 297 miliar pada tahun 2024. Nilai itu lebih besar 10 kali lipat dari tahun 2021 sebesar US$ 30,7 miliar, menurut prediksi Statistica.
Selain itu pada tahun 2021 hingga 2028 tingkat pertumbuhan VR diperkirakan mencapai 28% per tahun, dan berbagai industri yang menjadi pendorong utama VR termasuk minyak dan gas dan manufaktur, menurut laporan Grand View Research.
Adapun pada tahun 2022 ada 14,94 juta perangkat AR dan VR yang terjual, meningkat 54,9% dari 9,69 juta pada tahun 2021, menurut International Data Corporation.
Lantas apa bedanya AR dan VR?
Mengutip Forbes, AR dirancang untuk menempatkan elemen digital ke dunia nyata. Sistem ini menggunakan sensor yang memahami dunia dengan kombinasi GPS, giroskop (perangkat yang memberi tahu saat objek bergerak) dan akselerometer (sensor yang biasa ada di ponsel).
Sehingga aplikasi AR dapat mengetahui di mana pengguna berada dan ke arah mana mereka menghadap.
Salah satu contoh paling populer adalah aplikasi permainan Pokemon Go, yang bisa memunculkan karakter monster di dunia nyata, yang terlihat pada layar smartphone.
Tiktok juga merilis filter AR yang disebut Effect House. Selain itu, IKEA juga mengeluarkan aplikasi yang memungkinkan pelanggan menempatkan furnitur digital ke dalam rumah mereka untuk sebelum mereka membeli, adapula ahli bedah syaraf menggunakan pemindaian AR otak untuk memandu mereka saat operasi, juga pertandingan sepak bola.
Menurut Microsoft ada dua tipe AR, antara lain AR dengan Pananda yang dipicu oleh foto fisik atau penanda yang diambil oleh kamera smartphone untuk menempatkan komponen digital, juga AR tanpa penanda yang memungkinkan pengguna memutuskan akan menampilkan konten itu pada layar.
Sedangkan VR adalah sistem yang membuat pengguna terisolasi dari dunia nyata, artinya pengguna bisa merasakan dunia baru secara tiga dimensi dengan bantuan perangkat.
VR menggabungkan perangkat lain seperti headset, controllers, dan treadmill, dengan perangkat lunak seperti mesin game, manajemen konten dan simulator pelatihan untuk menciptakan pengalaman penuh.
Hal ini membuat pengguna ditempatkan dalam dunia yang benar-benar baru dan menggantikan dunia nyata.
Perusahaan seperti Mercedes Benz, Audi, dan Tesla menggunakan teknologi VR untuk membangun ruang pamer virtual. Penggunaan VR di industri otomotif diperkirakan tumbuh hingga US$ 54 miliar pada tahun 2026.
Macam-macam Virtual Reality
Menurut Universitas Atria ada tiga jenis VR. Pertama VR Non-Immersive yang salah satu bentuk paling umum. Hal ini bergantung pada konsol video game atau komputer untuk membentuk lingkungan. Pengguna juga dapat mengontrol aktivitas karakter tanpa interaksi langsung.
Kedua, Semi Immersive VR memungkinkan pengguna untuk tur virtual tanpa terhubung dengan lingkungan fisik, menggunakan kacamata VR. Artinya pengguna bisa berada di dunia maya tanpa sensasi fisik apapun.Contoh yang menggunakan jenis ini seperti pelatihan, simulator penerbangan.
Ketiga, VR Full-Immersive, ini memberikan pengalaman simulasi paling realistis karena menggabungkan indra suara, pengelihatan dan terkadang penciuman. Pengguna umum jenis VR ini pada zona permainan virtual yang melibatkan pemain berinteraksi dengan lingkungan virtual dan bersaing satu sama lain.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article HP Sedikit Lagi Punah, Ini 4 Teknologi Pengganti Smartphone