Astronaut Arab Potret Momen Haji dari Angkasa, Ini Pesannya
Jakarta, CNBC Indonesia - Seorang astronaut ikut 'merayakan' ibadah haji tahun 2023 dengan membagikan foto para jemaah haji dari Stasiun Luar Angkasa Internasional. Ia adalah Sultan Al Neyadi, astronaut berkebangsaaan Uni Emirat Arab yang sedang bertugas di Stasiun Luar Angkasa.
Pria itu juga sempat melewati Ramadan di atas Bumi dan sempat mencoba menjalankan ibadah puasa. Lewat akun media Twitter-nya, Al Neyadi juga tidak ingin melewatkan momen Iduladha 2023 dengan membagikan sebuah foto Mekkah dari luar angkasa.
Foto kota suci umat muslim tersebut diambil Al Neyadi pada Senin (26/6/2023) pada saat jemaah di permukaan Bumi mulai menjalankan prosesi wukuf di Arafah.
"Hari ini adalah Hari Arafah, sebuah hari penting dalam ibadah Haji, mengingatkan kita bahwa iman bukan hanya soal keyakinan, tetapi dalam bentuk tindakan dan refleksi. Semoga ini menginspirasi kita untuk berjuang demi kasih, kerendahan hati, dan persatuan," kata Al Neyadi, dikutip Sabtu (15/7/2023).
Al Neyadi bukan astronaut pertama yang beragama islam. Sebelumnya, sudah ada Pangeran Sultan bin Salman Al-Saud dari Arab Saudi yang mengunjungi luar angkasa pada Ramadan pada tahun 1985.
Di luar angkasa, Al Neyadi berencana untuk melakukan 19 eksperimen terkait radiasi, tidur, sakit punggung, hingga sains material.
Puasa di luar angkasa
Al Neyadi menghabiskan bulan Ramadan di antariksa. Sebelum meluncur dari Bumi pada 26 Februari 2023 mendatang ia sempat mengungkapkan niatnya untuk berpuasa di luar angkasa.
"Kita akan lihat bagaimana hasilnya," ungkapnya dikutip dari Space.com. "Kami sebenarnya diizinkan untuk makan-makanan yang cukup dan mencegah peningkatan kekurangan makanan atau nutrisi atau hidrasi".
Al Neyadi bukan astronaut pertama yang menghabiskan bulan Ramadan di luar angkasa. Ternyata, juga ada cara untuk menentukan lama puasa di sana.
Dalam studi berjudul Muslims in Outer Space yang dipublikasikan di Harvard Divinity School, menuliskan penentuan salat dan puasa selama Ramadan. Menurut para ulama, mereka bisa mengikuti zona waktu tempat saat meninggalkan Bumi, dikutip Jumat (24/2/2023).
Keputusan itu dibuat saat salah satu astronaut muslim akan pergi ke luar angkasa bernama Sheikh Muszaphar Shukor asal Malaysia. Dia meluncur tahun 2007 dengan Soyuz TMA-11 Rusia.
Saat itu pemerintah Malaysia mengadakan pertemuan dengan 150 sarjana hukum Islam, ilmuwan, dan astronaut membuat pedoman bagi Shukor. Mereka akhirnya mengeluarkan fatwa untuk membantu astronaut di masa depan.
Karena keputusannya mengikuti tempat meninggalkan Bumi, untuk Shukor berada di Kazakhstan.
Selain itu, mereka juga mengatakan untuk sujud saat salat di lingkungan tanpa gravitasi bisa melakukan gerakan sesuai kepala mereka atau membayangkan gerakan yang umum dilakukan di Bumi.
(dce)