Ecommerce Jangan Cemas Jualan Sepi, Ada Kabar Baik dari AS
Jakarta, CNBC Indonesia - Pesta belanja online di Amerika Serikat membawa kabar baik untuk industri ecommerce. Setelah berbulan-bulan malas belanja online, warga AS ramai-ramai berburu barang di ajang Amazon.com Prime Day.
Berdasarkan data Adobe Analytics yang dikutip Reuters, nilai transaksi belanja online di AS naik 6 persen menjadi US$ 6,4 miliar dibandingkan dengan tahun lalu pada hari pertama ajang Amazon.com Prime Day.
Amazon.com Prime Day adalah ajang dua hari yang menawarkan diskon besar-besaran bagi pembeli online. Warga AS biasanya memanfaatkan momen ini untuk berburu berbagai produk, mulai dari peralatan elektronik rumah tangga hingga mainan.
Menurut Reuters, warga AS memang menantikan kesempatan membeli barang dengan harga diskon. Di tengah tekanan kenaikan suku bunga dan inflasi harga barang kebutuhan pokok seperti makanan, penduduk Negeri Paman Sam memutuskan menunda pembelian barang berharga tinggi dalam beberapa bulan terakhir.
Nilai transaksi belanja online untuk peralatan elektronik rumah tangga seperti kulkas dan AC melonjak 37 persen dibanding Juli, sedangkan penjualan mainan lewat kanal online naik 27 persen.
Nilai belanja per transaksi juga naik. Menurut data Numerator yang dikutip Reuters, rata-rata belanja per transaksi selama hari pertama Prime Day naik dari US$ 53,14 (sekitar Rp 796 ribu) menjadi US$ 56,64 (sekitar Rp 849 ribu).
Adobe Digital Insights memperkirakan Amazon bakal meraup US$ 12 miliar hingga US$ 13 miliar dalam ajang pesta belanja online tersebut.
Tujuan utama dari ajang Amazon.com Prime Day bukan volume transaksi. Fokus perusahaan adalah menawarkan diskon sehingga konsumen mau membayar biaya langganan tahunan Amazon Prime, yang menawarkan gratis ongkos kirim.
Platform kompetitor seperti Walmart, Target, dan Best Buy juga menawarkan diskon besar selama pekan belanja online yang digelar Amazon.com. Walmart menawarkan program langganan bernama Wlamart+ yang disertai diskon 50 persen untuk biaya tahunan.
Rob Garf dari Salesforece menyatakan diskon yang ditawarkan kompetitor membuat tingkat konversi di Amazon.com merosot karena calon pelanggan membandingkan harga di Amazon.com dengan diskon yang ditawarkan di tempat lain.
"Artinya setiap kunjungan [ke website Amazon.com] profitnya makin turun," kata Garf. "Walmart dan perusahaan lain mencari pelanggan baru dengan menarik mereka memberikan nilai jangka panjang."
(dem/dem)