
Heboh Gen Z China Nyerah Kerja Kantoran, Pilih Jadi Pelayan

Jakarta, CNBC Indonesia - Setahun terakhir, generasi muda di China meninggalkan pekerjaan kantoran mereka dan memilih untuk menjadi pelayan makanan cepat saji, barista, atau kasir.
Banyak dari mereka yang berbagi foto dan video peran baru tersebut secara massal di Xiaohongshu, Instagram-nya China. Tagar "pengalaman kerja fisik pertama saya" memiliki lebih dari 30,4 juta impression pada 12 Juni.
"Dari pemilik restoran cepat saji, pembersih, pelayan, hingga perawat hewan peliharaan, anak muda mencoba untuk mendapatkan kembali kendali atas hidup dan ketenangan batin mereka melalui tugas-tugas manual 'tanpa berpikir'," bunyi deskripsi tagar tersebut.
Mengutip Business Insider, banyak yang menjelaskan keputusan tersebut sengaja diambil demi ketenangan batin. Pekerjaan 'kerah putih' di kantor ber-AC memang terkesan mewah, namun dianggap banyak tekanan.
Sementara itu, 'kerja kasar' yang mayoritas mengandalkan kekuatan fisik membuat anak muda China lebih tenang dan puas.
"Saya hanya bisa mengatakan bahwa saya sangat bahagia setelah keluar dari perusahaan," tulis seorang wanita yang profilnya menyatakan bahwa dia tinggal di provinsi Guangdong dan sebelumnya bekerja di ByteDance, perusahaan induk TikTok yang berbasis di China.
Dalam postingannya, perempuan itu melanjutkan dengan mengatakan bahwa dia tidak perlu lagi khawatir tentang laporan dan performa atau KPI (key performance indicator) perusahaan. Dengan bekerja seperti sekarang, ia hanya perlu memasak di restoran cepat saji yang dimiliki dan kelola sendiri.
Dia menjelaskan bahwa penghasilannya rata-rata US$140 per hari di restorannya sendiri. Dan dia bukan satu-satunya yang membuat perubahan semacam ini.
"Saya melepaskan pekerjaan konsultan bergaji tinggi, menghindari email, wawancara, dan PPT yang tak ada habisnya, dan mulai dari nol sebagai barista dengan gaji bulanan hanya sebagian kecil pada saat itu," kata seorang wanita berusia 25 tahun yang berbasis di di Liaoning, menulis di Xiaohongshu.
Penulis yang mengatakan bahwa dia memiliki gelar sarjana itu, melanjutkan dengan mengatakan bahwa dia tidak dapat memperoleh kepuasan dari pekerjaan kerah putihnya selama ini.
"Kekosongan itu datang dari bagaimana saya mengabdikan hidup saya untuk hasil yang tidak ada hubungannya dengan saya, bahwa saya hanyalah sekrup yang bisa diganti," tulis posting itu.
"Saya menyadari kerja fisik semacam ini dengan rasa partisipasi sebenarnya memberikan nutrisi bagi kreasi. Karena melakukan hal-hal ini menyenangkan, semangat saya selalu terangkat," lanjutnya.
'Gaun Panjang Kong Yiji'
Pernyataan yang sama di antara mereka yang menggunakan tagar ini adalah betapa bahagianya mereka meninggalkan "gaun panjang Kong Yiji" mereka untuk pekerjaan kasar yang "tanpa otak".
Kong Yiji adalah karakter fiksi dari cerita yang ditulis oleh Lu Xun, seorang tokoh terkemuka dalam sastra Tiongkok modern. Kong adalah seorang sarjana miskin yang gaun panjangnya melambangkan kualifikasi akademiknya. Meski gagal sukses sebagai seorang intelektual, ia menolak melepas gaun panjangnya karena simbol status yang tertanam.
Ceritanya ditulis pada tahun 1919, tetapi baru-baru ini mulai mendapatkan popularitas lagi karena orang-orang di China mulai membandingkan diri mereka dengan karakter tersebut, menurut outlet berita China Sohu.
Di tengah rekor tingkat pengangguran kaum muda yang tinggi dan generasi yang terlalu memenuhi syarat untuk pasar kerja, kisah Kong Yiji terbukti tepat karena penduduk China yang berpendidikan tinggi terpaksa berhenti mengejar pekerjaan kerah putih yang "glamor".
Tetapi posting "pengalaman kerja fisik" berbeda.
Itu karena kaum muda yang memposting di Xiaohongshu tidak diterima di pasar kerja kantoran. Sebaliknya, mereka telah menjadi bagian darinya - dan mereka memilih keluar secara sukarela dari profesi tersebut
"Banyak anak muda mungkin merasa kecewa dengan pekerjaan mereka karena perusahaan tidak mempekerjakan mereka untuk suatu pekerjaan, tetapi mereka mempekerjakan Anda untuk mengoperasikan komputer di atas meja," kata asisten profesor sosiologi Jia Miao kepada CNBC Internasional.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Google Mulai Ditinggal, Ini Cara Baru Gen Z Cari Informasi