Riset: Bahaya Nyata ChatGPT di RI, Tak Cuma Bikin Nganggur!

Redaksi, CNBC Indonesia
13 June 2023 16:05
ChatGPT sign on OpenAI website displayed on a screen is seen in this illustration photo taken in Krakow, Poland on January 31, 2022. (Photo by Jakub Porzycki/NurPhoto via Getty Images)
Foto: NurPhoto via Getty Images/NurPhoto

Jakarta, CNBC Indonesia - Tak ada habisnya membahas soal teknologi kecerdasan buatan (AI) yang viral lantaran kemunculan ChatGPT. Banyak orang yang kini menggunakan layanan itu untuk memudahkan pekerjaan sehari-hari.

Namun, ternyata ada ancaman mengerikan jika masyarakat sudah kecanduan dengan chatbot AI semacam ChatGPT. Ancaman itu bukan cuma soal pekerjaan yang akan lenyap di masa depan.

Menurut riset terbaru, penggunaan chatbot AI secara intens membahayakan kesehatan mental penggunanya. Antara lain dapat meningkatkan rasa kesepian, insomnia, dan konsumsi alkohol berlebihan.

Riset yang dipublikasikan di Journal of Applied Psychology ini dijalankan melalui eksperimen di empat negara. Masing-masing adalah Indonesia, Amerika Serikat, Taiwan, dan Malaysia.

Menurut studi, meski banyak orang memakai chatbot AI hanya saat bekerja di kantor, namun rasa kesepian akan muncul lebih intens ketimbang mereka yang sama sekali tidak mengandalkan AI.

"Sebelumnya, kebiasaan mencari opini kedua (second opinion) dilakukan melalui interaksi dengan rekan kerja. Kini, chatbot AI bisa memberikan opini kedua dengan akurasi dan kecepatan yang lebih mumpui," tertera dalam penelitian tersebut, dikutip dari Gizmodo, Selasa (13/6/2023).

"Karena itu, interaksi dengan AI yang lebih sering bisa membuat pekerja merasa terisolasi dengan lingkungan sekitar. Hal ini yang memicu perasaan kesepian," penelitian itu menjelaskan.

Subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok, yakni yang sama sekali tidak memakai AI dan yang intens menggunakan AI. Hasilnya, di Indonesia dan Malaysia tampak peningkatan rasa kesepian dan insomnia pada karyawan yang intens memakai AI.

Sementara itu, di Taiwan, efeknya mengarah ke peningkatan konsumsi alkohol. Selain itu, peningkatan rasa kesepian dan insomnia yang dialami karyawan di Indonesia dan Malaysia juga turut dirasakan di Taiwan.

"Pengembangan AI memicu revolusi industri yang mengubah dinamika tempat kerja. Banyak manfaat yang dihasilkan, tetapi dampak negatifnya mengarah ke kesehatan mental para karyawan," kata Pok Man Tang, asisten profesor jurusan manajemen di Unoversity of Gregoria yang menjadi salah satu pemimpin riset ini.

"Manusia adalah makhluk sosial. Mengisolasi dinamika kerja dengan sistem AI akan mempengaruhi kehidupan personal seseorang," ia melanjutkan.

Untuk itu, peneliti merekomendasikan agar pemanfaatan AI di kehidupan kerja bisa dikontrol. Karyawan harus tetap bersosialisasi dengan rekan kerja melalui diskusi, brainstorming, pertukaran ide, yang tidak diintervensi oleh teknologi robot.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 5 Raksasa Teknologi Empot-empotan Perang AI, Siapa Menang?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular