CNBC Insight

Peneliti Temukan 'Partikel Tuhan', Konon Bisa Bikin Kiamat

MFakhriansyah, CNBC Indonesia
09 June 2023 20:50
Jam Kiamat 2023 ditampilkan sebelum acara siaran langsung dengan anggota Buletin Ilmuwan Atom pada 24 Januari 2023 di Washington, DC. Tahun ini Jam Kiamat disetel sembilan puluh detik menjelang Tengah Malam. (Anna Moneymaker/Getty Images)
Foto: Jam Kiamat 2023 ditampilkan sebelum acara siaran langsung dengan anggota Buletin Ilmuwan Atom pada 24 Januari 2023 di Washington, DC. Tahun ini Jam Kiamat disetel sembilan puluh detik menjelang Tengah Malam. (Getty Images/Anna Moneymaker)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saat duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), jika ditanya "Apa benda terkecil?", kemungkinan besar kita akan menjawab dengan mencari benda terkecil yang dilihat.

Misalnya penghapus karet. Dengan ukuran mini, anak SD umumnya yakin itu adalah benda terkecil.

Namun, seiring pertambahan usia dan pengalaman, pengetahuan kita turut berkembang. Kita tidak lagi menjawab penghapus karet, melainkan atom. Dalam ilmu sains, atom dikenal sebagai partikel terkecil di bumi dan alam semesta. 

Dari sebuah atom, lantas kita mengetahui lagi bahwa di dalamnya ada tiga elemen: elektron, proton, dan neutron. Hal ini adalah hasil eksperimen panjang tiga fisikawan dunia, yakni J.J Thomson (penemu elektron, 1897), E. Rutherford (penemu proton, 1909), dan James Chadwick (penemu neutron, 1932).

Berkat temuan itu kita bisa mengetahui definisi atom, yakni "sebuah partikel yang terdiri dari inti proton dan neutron yang dikeliling elektron". 

Inilah yang kemudian dipelajari anak sekolah secara sederhana selama bertahun-tahun sebelum akhirnya ditemukan penemuan baru sekitar tahun 1960-an oleh Peter Higgs. 

Sebagaimana dipaparkan Space, Higgs kala itu menemukan partikel sub-atom bernama Boson Higgs. Mudahnya, ini adalah partikel yang dapat berinteraksi dengan partikel lain penyusun materi, sehingga saat keduanya bertemu akan tercipta massa atau berat. 

Kata Higgs, mengutip National Geographic, massa inilah yang kemudian menciptakan medan energi pembentuk alam semesta. Medan-medan energi itu kemudian menyatukan partikel-partikel inti atom. 

Namun, temuan Higgs itu hanya kerangka teoritis. Pada tahun 1960-an, tidak ada teknologi yang bisa membuktikan kebenarannya.

Kendati demikian, bukan berarti hasil riset itu bodong. Justru temuan itu sudah teruji ilmiah dan tertuang dalam jurnal berjudul "Broken Symmetries and the Masses of Gauge Bosons" (1964, American Physical Society)

Akibat temuan yang mengejutkan itu, salah satu fisikawan bernama Leon Ledermen mempopulerkan partikel itu dengan sebutan "God Particle" atau "Partikel Tuhan". Dia menuangkan istilah itu lewat buku The God Particle: If the Universe Is the Answer, What Is The Question?, terbit pada 1993. 

Business Insider menulis, pengikutsertaan 'Tuhan' pada penamaan partikel itu disebabkan ukurannya yang super kecil. Sehingga, sulit melihat bukti fisiknya dengan mata telanjang. 

Dengan ukuran kecil, partikel Tuhan bisa memberikan massa ke semua materi. Singkatnya, partikel itu ada, tetapi tidak dirasakan. 

Meski begitu, Higgs sendiri keberatan dengan istilah yang dibawakan Ledermen. Kepada The Guardian, dia mengkritik keputusan Ledermen yang membawa unsur religius dalam penamaan teori fisika.

Apalagi, dia sendiri seorang ateis yang dikhawatirkan akan mendapat celaan jika membawa-bawa Tuhan dalam temuannya.

Namun, penamaan itu sudah terlanjur viral di media, sehingga terbentuklah kesan religius pada partikel tersebut. Kontroversi pun terjadi, tetapi dibarengi juga oleh rasa penasaran, baik dari ilmuwan atau publik awam. 

Dari rasa penasaran itulah pada akhirnya titik terang ihwal Partikel Tuhan ditemukan pada 2012.

Di tahun itu, tim riset gabungan dari Organisasi Riset Nuklir Eropa (CERN) menemukan wujud dari partikel itu usai menabrakkan dua proton berkecepatan tinggi.

Dari situ, dapat diketahui wujud Partikel Tuhan yang melengkapi ilustrasi atom dan sub atom dalam suatu benda. Berkat ini, Higgs dan beberapa peneliti yang terlibat diganjar Nobel Fisika tahun 2013. 

Akan tetapi, temuan ini berujung pada pembahasan ngeri sebagaimana dijelaskan Stephen Hawking, dikutip The New York Times.

Kata Hawking, temuan Partikel Tuhan berpotensi menghancurkan bumi, bahkan alam semesta karena memiliki energi yang tidak stabil di atas 100 miliar giga electron volts (GeV). 

Potensi inilah yang kelak menjadi bom waktu karena bisa sewaktu-waktu 'meledak' dan tidak bisa diketahui oleh manusia hingga sekarang. 

Meski begitu, ilmu pengetahuan bersifat dinamis. Bisa saja di masa depan, entah besok, bulan depan, atau tahun depan, manusia sudah menemukan teknologi mutakhir untuk menangkal bom waktu itu. 


(mfa/mfa)
[Gambas:Video CNBC]

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular