Selesai Jajah Singapura, BI Bawa QRIS Incar 3 Negara

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
Selasa, 09/05/2023 19:40 WIB
Foto: Deputi Gubernur BI, Fillianingsih Hendarta

Jakarta, CNBC Indonesia - Masyarakat sudah bisa menggunakan QRIS di sejumlah negara. Bank Indonesia (BI) berencana memperluas penggunaannya di beberapa wilayah lain.

Deputi Gubernur BI, Fillianingsih Hendarta menjelaskan pembayaran menggunakan QRIS telah bisa dilakukan di Thailand pada 2022. Baru-baru ini juga telah diperluas untuk Malaysia.

"Sementara untuk interlink pembayaran antara Indonesia dan Singapura ditargetkan diluncurkan pada akhir 2023 mendatang," Kata Fiilianingsih, dalam Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia, Selasa (9/5/2023).


Untuk Fillipina, dia menjelaskan kedua negara telah menandatangani kesepakatan untuk pembayaran QR.

Selain itu, sejumlah negara lain juga dibidik untuk program tersebut. Mulai dari India, Korea hingga Jepang.

"Kami juga telah menandatangani MoU dengan India, Korea, dan Jepang," ungkapnya.

Sementara itu, dia mengungkapkan capaian QRIS di Indonesia. Transaksinya mencapai 25,4 juta merchant. Sementara penggunanya per Maret 2023 mencapai 32,41 juta atau bertambah 20,9 juta dari 2021 yang berjumlah 11,5 juta.

BI diketahui tengah melakukan program pembayaran antarnegara atau lintas batas. Namun rencana tersebut bukan tanpa tantangan.

Filliniangsih menjelaskan ada tiga tantangan. "Namun masih ada kendala pembayaran lintas batas, seperti biaya tinggi, akses terbatas, dan kurangnya transparansi.

Dalam pemaparan disebut biaya yang tinggi terkait biaya yang harus dikeluarkan saat transfer dana pada lintas batas. Karena perantara yang terlibat dalam transaksi begitu banyak.

Untuk akses yang terbatas terkait layanan pembayaran cross boarder untuk orang yang belum menggunakan bank terbatas. Sementara yang terakhir karena banyaknya perantara dalam transaksi jadi agak sulit mengetahui status transaksi.

"Dan karenanya terobosan dan peningkatan pada satu negara, teknologi dan regulasi serta kerja sama internasional dibutuhkan untuk ekonomi digital yang lebih inklusif," kata Fillianingsih.


Saksikan video di bawah ini:

Video: Fintech Canggih & Penipuan Kian Pintar, Siapa Lebih Siap?