Siaran Analog Resmi Dihentikan, Ini Plus-Minus TV Digital

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
04 May 2023 08:33
Sejumlah penjual toko elektronik berjaga menunggu pembeli di Kawasan Glodok, Jakarta, Selasa, 1/11.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah resmi menghentikan siaran TV analog atau Analog Switch Off (ASO) dan beralih ke TV digital mulai tahun lalu dan dilakukan secara bertahap. Implementasi tersebut sesuai dengan amanat UU Cipta Kerja. Untuk ASO Tahap I telah dilakukan di wilayah Jabodetabek pada tanggal 2 November 2022.

Sementara itu, ASO Tahap II juga telah dilakukan di 25 kabupaten/kota lima wilayah, antara lain Batam, Bandung, Semarang, Surakarta dan Surabaya pada 2 Desember 2022.

Di wilayah lainnya pun segera akan dilakukan peralihan. Kalimantan Selatan pelaksanaan ASO dilakukan mulai 20 Maret 2023, kemudian Bali dan Palembang pada 31 Maret 2023. Pelaksanaan ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan distribusi set up box TV digital gratis kepada yang berhak mendapatkan.

Peralihan TV analog ke digital sejatinya memiliki banyak manfaat baik bagi pemirsa televisi, negara, stasiun penyiar TV, hingga masyarakat luas.

TV digital menjawab kebutuhan para pemirsa televisi dengan kualitas gambar dan suara lebih jernih hingga keberagaman hiburan di televisi melalui banyaknya kanal yang bisa ditonton.

Bagi pemirsa setia televisi, kualitas tontonan yakni tampilan visual dan suara yang jernih karena dapat mengurangi noise adalah sesuatu yang paling diinginkan. Agar program TV dapat dinikmati dengan lebih maksimal baik sendiri maupun bersama keluarga.

Sebagai perbandingan, TV digital memiliki bandwith yang digunakan lebih lebar sehingga kualitas gambar yang tersaji lebih baik dibandingkan TV analog memiliki batasan pada bandwith karena mengandalkan sinyal AM untuk gambar dan FM untuk suara. Jadi kualitas gambar juga terbatas.

Selain kualitas gambar dan suara yang lebih prima, para pemirsa televisi juga akan disuguhkan dengan jumlah kanal lebih banyak dan beragam. Sehingga para pemirsa televisi memiliki banyak pilihan hiburan. Alhasil aktivitas menonton TV akan semakin variatif dan tak terbatas hanya beberapa kanal stasiun televisi saja.

Keragaman kanal televisi yang dapat ditonton adalah hal positif bagi pemirsa televisi terutama di daerah ring II yakni kota/kabupaten kecil hingga pedesaan.

Sebab jika menggunakan TV analog, kanal yang bisa ditonton sangat terbatas jumlahnya. Itupun tidak semua memiliki kualitas jernih. Biasanya ada "semutnya" atau tidak jelas tayangannya. Sehingga tayangan favorit tidak bisa ditonton secara maksimal.

Bagi Pemerintah, migrasi ke TV digital dari TV analog akan mengefisiensikan frekuensi. Sebab frekuensi adalah salah satu sumber daya yang terbatas sementara kebutuhannya terus bertambah.

Penyiaran TV analog menggunakan spektrum frekuensi 700Mhz, di mana frekuensi tersebut berpotensi akan digunakan untuk 5G. Mengutip survei Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) tahun 2019 terdapat lebih kurang 44,5 juta rumah tangga di Indonesia menggunakan TV Analog. Sehingga membuat frekuensi tersebut sesak.

Penggunaan ruang di dalam spektrum 700 Mhz sebanyak 348Mhz hanya digunakan untuk pemancaran TV analog. Setelah peralihan maka dihitung ruang yang dibutuhkan cukup 176 Mhz saja. Artinya terdapat efisiensi besar dalam penggunaan spektrum "emas" 700 Mhz.

Pemerintah dapat mengalokasikan 112 Mhz untuk keperluan lain dan akan memiliki cadangan 40 Mhz yang bisa digunakan untuk perkembangan teknologi masa depan. Salah satunya adalah penerapan 5G.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengatakan TV analog memakan banyak spektrum frekuensi 700 MHz yang sesungguhnya bisa digunakan untuk penerapan 5G.

Ujung-ujungnya masyarakat Indonesia secara luas dapat diuntungkan dengan kecepatan internet yang lebih tinggi.

Bagi industri penyiaran televisi bisa mendapatkan keuntungan jangka panjang karena tayangan lebih jernih dan baik sehingga dapat mempertahankan para pemirsa setia televisi.

Selain itu juga akan ada efisiensi dari semula satu frekuensi adalah satu siaran, dengan migrasi terdapat hingga 16 siaran dalam satu multipleksing.

Dari berbagai manfaat seperti disebutkan di atas, ada beberapa kekurangan karena kondisi saat ini berada pada masa program peralihan siaran televisi digital dari analog.
Misalnya saja keluhan Set Top Box (STB) yang masih mahal. Salah satu penyebabnya adalah kelangkaan karena masyarakat yang FOMO (fear of missing out) setelah program migrasi dilakukan karena banyak masyarakat masih belum membeli atau belum memiliki STB.

Padahal sebenarnya harga STB di pasar online bisa didapatkan mulai dari Rp150.000 saja per unit dan bisa dibeli di berbagai toko daring maupun luring.

Adapun stok STB terbatas di official store e-commerce penyedia STB, tapi di berbagai toko lainnya juga masih tersedia dengan harga yang relatif sama.

asoFoto: beberapa market place 

Selain itu para pelaku usaha televisi juga mengeluh karena ada potensi pasar yang tergerus serta pendapatan iklan yang berkurang. Sebab, pada wilayah yang sudah melakukan ASO, sementara sebagian kecil masyarakatnya tidak atau belum memiliki STB, tentunya tidak bisa lagi menonton siaran telivisi.

Tetapi ke depannya tentu masalah ini bisa teratasi jika melihat harga STB yang mulai dari Rp150.000 rasanya sangat terjangkau bagi masyarakat. Belum lagi ada program pembagian STB gratis untuk mempercepat distribusi.

Lagi pula seperti yang selalu diungkapkan Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo, Usman Kansong, dengan siaran TV digital masyarakat akan menikmati kualitas siaran TV yang lebih baik karena gambarnya lebih bersih dan suara lebih jernih. Dengan kualitas seperti itu, masyarakat bisa betah berlama-lama di depan televisi.

Apalagi, dengan jumlah konten siaran yang lebih banyak bisa dinikmati secara gratis.

"Siaran TV Digital bersifat free-to-air dan bukan TV berlangganan, jadi masyarakat tidak perlu berlangganan ataupun menggunakan kuota paket data internet," kata Usman awal November lalu.

Selain itu Direktur Eksekutif Indonesia ICT, Heru Sutadi, menjelaskan bahwa kebijakan migrasi TV analog ke TV digital memang akan berdampak pada pendapatan iklan di TV.

"Memang akan ada transisi dari TV analog ke TV digital yang akan berakibat pada iklan di TV," ujar Heru kepada kumparan, Sabtu (5/11/2022).

Akan tetapi menurut dia, saat proses migrasi telah selesai jumlah iklan justru akan meningkat. Penyebabnya adalah keberadaan TV dan media sosial termasuk Youtube juga berbasis pada digital.

"TV digital lebih memiliki nilai positif, karena tidak perlu akses internet atau butuh kuota karena sifatnya yang free to air," jelasnya.

Menurut Heru, bisnis iklan di TV saat ini mulai menunjukkan tren menurun tapi bukan karena migrasi ke TV digital melainkan diambil oleh sosial media dan Youtube.

Sehingga peralihan ini sebenarnya memiliki manfaat luas bagi setiap komponen di industri pertelevisian hingga negara dan masyarakat luas.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 3 Hal yang Harus Disiapkan untuk Nonton Siaran TV Digital

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular