
Miris! Cerita Pegawai SVB Boncos Rp 15 M, Tidur Cuma 2 Jam

Jakarta, CNBC Indonesia - Silicon Valley Bank (SVB) mendadak kolaps dan menyisakan banyak cerita dari para pegawainya. Business Insider telah melakukan serangkaian wawancara dengan karyawan SVB yang memberikan laporan apa yang terjadi saat 10 Maret lalu.
Seorang karyawan bercerita, pada awalnya komunikasi dari manajemen sangat buruk, baik kepada klien maupun pegawai. Mereka bahkan tidak tahu apa yang terjadi, bagaimana nasib mereka, dan bagaimana mengatakan kepada klien.
"Faktanya, kami tidak tahu sebelumnya bahwa semua ini akan terjadi. Kami tidak mendapatkan email internal tentang hal itu dari manajemen hingga beberapa menit kemudian," kata sumber tersebut, dikutip Senin (27/3/2023).
"Kami tidak punya cara untuk mempersiapkan diri - mereka membuat kami tidak tahu apa-apa. Ada kejutan, dan air mata juga," imbuhnya.
Menurut sumber tersebut, hingga hari ini, fokus semua karyawan adalah klien. Mereka tidak sempat memikirkan diri sendiri dan keluarga. Selama pekan pertama setelah kolaps, sumber mengaku hanya bisa makan satu bagel setiap hari, dan tidur hanya selama 2 atau 3 jam setiap malam.
"Kami memiliki begitu banyak klien yang memberi tahu kami bahwa mereka mungkin harus menutup perusahaan atau membayar gaji dengan memakai uang pribadi" ujarnya.
"Ekspektasinya, klien pasti marah karena tidak bisa mengakses duit mereka sehingg operasional perusahaan macet. Ini adalah sumber kehidupan mereka. Namun, saya belum pernah menerima telepon klien yang frustrasi atau marah," ia menuturkan.
Hal ini membuat ia dan karyawannya turut berempati pada para klien. Mereka berupaya sekuat tenaga untuk membantu klien SVB, hingga mengesampingkan kesehatan karena lupa makan setiap hari.
Sumber tersebut mengatakan bahwa banyak karyawan mendapatkan lebih dari 50% dari gaji mereka dalam bentuk ekuitas, saham SVB, setiap tahun.
Ia mengatakan ekuitas yang didapat dalam beberapa tahun selama berada di SVB dulu bernilai lebih dari US$1 juta (sekitar Rp 15,2 miliar), dan sekarang sudah nol.
"Jadi di sini Anda memiliki sekelompok orang yang kehilangan segalanya secara pribadi, dalam hal ekuitas, dan tetap yang menjadi fokus adalah klien," ungkapnya.
"Dapatkah klien saya membayar gaji?" Itulah budaya kerja di SVB," ia memungkasi.
(tib)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kasus SVB Ancam Startup, Bos Raksasa Teknologi Turun Gunung