ChatGPT Minggir, Mesin dari Otak Manusia Bakal Ubah Dunia

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
Senin, 06/03/2023 13:20 WIB
Foto: SOPA Images/LightRocket via Gett/SOPA Images

Jakarta, CNBC Indonesia - Secanggih-canggihnya teknologi kecerdasan buatan atau AI, kekuatan komputasinya masih kalah dibandingkan otak manusia.

Untuk itu, para ilmuwan mengungkap langkah revolusioner demi mendorong industri komputasi ke depan, yakni dengan kecerdasan organoid (OI). Simpelnya, OI merupakan 'otak' manusia yang tumbuh di laboratorium, berfungsi sebagai perangkat keras biologis.

"Bidang biokomputasi baru ini menjanjikan kemajuan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam kecepatan komputasi, kekuatan pemrosesan, efisiensi data, dan kemampuan penyimpanan - semuanya dengan kebutuhan energi yang lebih rendah," kata peneliti dalam sebuah artikel yang diterbitkan di Frontiers in Science.


Teknologi AI sendiri telah lama terinspirasi oleh otak manusia. Pendekatan yang dibuat terbukti berhasil, AI menawarkan pencapaian yang mengesankan. Mulai dari mendiagnosis kondisi medis hingga menulis puisi, seperti yang dilakukan chatbot ChatGPT. Namun, kemampuan pembelajarannya disebutkan belum bisa mengalahkan otak manusia.

Apa Itu Kecerdasan Organoid (OI) yang Bakal Gantikan AI?

"Kami menyebut bidang interdisipliner baru ini 'kecerdasan organoid' (OI)," kata Prof Thomas Hartung dari Universitas Johns Hopkins, dikutip dari Psypost, Senin (6/3/2023).

Ia dan para komunitas ilmuwan telah berkumpul untuk mengembangkan teknologi OI, yang mereka yakini akan melahirkan era baru biokomputer yang cepat, kuat, dan efisien.

Organoid otak adalah jenis kultur sel yang tumbuh di laboratorium. Meskipun organoid otak bukanlah 'otak mini', mereka berbagi aspek kunci dari fungsi dan struktur otak seperti neuron dan sel otak lainnya yang penting untuk fungsi kognitif seperti pembelajaran dan memori.

Menurut para ilmuwan, sementara sebagian besar kultur sel berbentuk datar, organoid memiliki struktur tiga dimensi. Ini meningkatkan kepadatan sel kultur 1.000 kali lipat, artinya neuron dapat membentuk lebih banyak koneksi.

"Sementara komputer berbasis silikon tentu lebih baik dengan angka, otak lebih baik dalam belajar," jelas Hartung.

"Misalnya, AlphaGo [AI yang mengalahkan pemain Go nomor satu dunia pada tahun 2017] dilatih berdasarkan data dari 160.000 game. Seseorang harus bermain lima jam sehari selama lebih dari 175 tahun untuk mengalami banyak permainan ini." imbuhnya.

Menurutnya otak tidak hanya pembelajar yang unggul, mereka juga lebih hemat energi. Misalnya, jumlah energi yang dihabiskan untuk melatih AlphaGo lebih dari yang dibutuhkan untuk menopang orang dewasa yang aktif selama satu dekade.

Otak juga memiliki kapasitas yang luar biasa untuk menyimpan informasi, diperkirakan mencapai 2.500TB.

"Kami mencapai batas fisik komputer silikon karena kami tidak dapat mengemas lebih banyak transistor ke dalam chip kecil," tuturnya

Secara paralel, penulis juga mengembangkan teknologi untuk berkomunikasi dengan organoid. Dengan kata lain, untuk mengirimkan informasi dan membacakan apa yang mereka 'pikirkan'.

Para penulis berencana untuk mengadaptasi alat dari berbagai disiplin ilmu, seperti bioteknologi dan pembelajaran mesin, serta merekayasa perangkat stimulasi dan perekam baru.


(tib)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Ancaman Siber Jadi Bom Waktu Transformasi Teknologi, Solusinya?