Grab Kejar Profit Korbankan Pertumbuhan, Rugi 'Sisa' Rp 26 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Upaya Grab meninggalkan strategi "bakar duit" mulai membuahkan hasil. Pendapatan Grab naik tiga kali lipat pada akhir 2022. Namun, upaya tersebut dicapai dengan mengorbankan pertumbuhan pesat.
Grab mencatatkan pendapatan US$ 1,43 miliar sepanjang 2022, naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan pendapatan US$ 675 juta sepanjang 2021.
Kenaikan pendapatan tersebut membantu Grab memangkas kerugian (EBITDA) dari US$3,56 miliar (Rp 54,38 triliun) pada 2021 menjadi US$ 1,74 miliar pada 2022 (Rp 26,58 triliun).
Demi mencapai hasil tersebut, Grab harus mengorbankan pertumbuhan pesat perusahaan. Nilai total transaksi di platform Grab tumbuh 24% sepanjang 2022, jauh lebih rendah dari pertumbuhan 56% pada 2021.
Menurut Bloomberg, pertumbuhan sepanjang 2022 hanya setengah dari pertumbuhan GMV rata-rata Grab sepanjang 2018-2021 yang sebesar 41%.
Menurut laporan 'Earning Call' terbaru, insentif yang diberikan Grab untuk mitranya berkurang 20%, dari US$218 juta (Rp 3,3 triliun) ke USD$174 juta (Rp 2,6 triliun) secara tahun-ke-tahun (YoY). Nilai insentif itu meraup 3% dari total transaksi (GMV) di platform-nya.
Tak cuma itu, insentif untuk pelanggan juga turun 35% YoY, dari USD$365 juta (Rp 5,5 triliun) ke US$238 juta (Rp 3,6 triliun) sepanjang tiga bulan terakhir 2022. Nilai itu sebesar 5% dari GMV, dirangkum Senin (27/2/2023).
Hasilnya, kerugian decacorn asal Singapura itu turun hingga 64% YoY, dari US$1,1 miliar (Rp 16,8 triliun) ke US$391 juta (Rp 5,9 triliun).
Menurut laporan, pendapatan Grab justru meningkat tajam dari US$122 juta ke US$502 juta atau 346% YoY, meski tak lagi gencar membakar duit. GMV di platform tersebut juga naik 20% dibandingkan Q4 2022, yakni ke US$4,997 miliar (Rp 74,8 triliun).
Jumlah pengguna yang melakukan transaksi bulanan (MTU) juga meningkat 14% dari 29,6 juta di Q4 2021 ke 33,6 juta pada kuartal terakhir 2022. Kendati demikian transaksi per MTU-nya turun tipis 6% YoY, dari US$152 juta (Rp 2,3 triliun) ke US$149 juta (Rp 2,2 triliun).
Grab fokus untung di 2024
Langkah Grab untuk menurunkan porsi bakar duit agaknya baru digenjot pada Q4 2022. Jika dilihat sepanjang tahun dalam periode 12 bulan, insentif yang diberikan Grab kepada mitra dan pelanggan masih lebih tinggi ketimbang 2021.
Insentif untuk mitra meningkat 12% sepanjang 2022 dibandingkan 2021 menjadi US$801 juta (Rp 12,2 triliun). Begitu juga dengan insentif untuk pelanggan yang naik 10% secara total menjadi US$1,169 miliar (Rp 17,8 triliun).
Kendati demikian, total kerugian Grab di 2022 tetap turun 51%, dari US$3,555 miliar (Rp 54,3 triliun) ke US$1,740 miliar (Rp 26,5 triliun). Pendapatan totalnya pun naik 125% menjadi US$1,433 miliar atau setara Rp 21,8 triliun).
Sepanjang tahun, Grab juga menaikkan komisi untuk layanan pengiriman (deliveries), termasuk di dalamnya GrabFood dan GrabExpress, sebanyak 3%. Dari yang sebelumnya 18,2% menjadi 21,4%. Namun, komisi untuk layanan transportasi (mobility) turun 0,1%, dari 23,4% ke 23,3%.
Beberapa saat lalu, CEO Grab Anthony Tan mengumbar bahwa target perusahaan ke depannya adalah fokus mengantongi profit. Dikutip dari Bloomberg, Anthony menargetkan perusahaan akan untung di 2024 mendatang.
Dalam Earning Calls yang baru dirilis, salah satu upaya Grab menggenjot bisnisnya adalah meningkatkan produktivitas mitra pengemudi. Dibandingkan 2021, waktu tunggu driver direduksi hingga 27%.
Hal ini berdampak pada peningkatan pendapatan driver sebesar 13%, serta mempertahankan tingkat retensi pelanggan hingga 87%. Sebanyak 74% mitra pengemudi Grab juga sudah multitasking, yakni mengakomodir layanan pesan-antar makanan dan antar-jemput penumpang.
(fab)
[Gambas:Video CNBC]
