Gambar udara ini menunjukkan sebuah situs arkeologis di Lagash, sebelah selatan Irak tempat sebuah kedai berusia 5000 tahun berhasil di temukan oleh para arkeolog asal Italia dan AS. (ASAAD NIAZI/AFP via Getty Images)
Bangunan kedai tersebut diperkirakan berusia 5000 tahun berasal dari era Sumeria. Penemuan kedai itu pun lengkap dengan bangku dan hebatnya pada jaman itu juga ditemukan sebuah sistem pendingin yang berfungsi layaknya seperti kulkas untuk penyimpanan kebutuhan bahan pangan. (ASAAD NIAZI/AFP via Getty Images)
Para arkeolog menemukan situs ini pada kedalaman hanya sedalam 19 inci. Mulanya, para arkeolog menyadari adanya sebuah halaman besar dan sulit untuk di lakukan diekskavasi atau penggalian pada situs tersebut. Namun mereka kembali pada tahun 2022 dan memperluas pencarian, akhirnya para arkeolog itu berhasil menemukan bangunan kedai tersebut layaknya sebuah harta karun. (ASAAD NIAZI/AFP via Getty Images)
Lagash merupakan salah satu kota tertua dan terbesar di selatan Mesopotamia namun sekarang sudah berubah menjadi kota Al-hiba. Kota tertua itu memang menjadi salah satu situs penting bagi dunia arkeologi. Penelitian pada situs ini pun sudah dimulai sejak 2019 sebagai bagian kerjasama antara Penn Museum, the University of Cambridge dan Badan Barang Antik dan Arkeologi Baghdad. (ASAAD NIAZI/AFP via Getty Images)
Pada gambar ini menunjukkan sebuah lobang dari pipa drainase yang terbuat dari tanah liat yang terdapat mangkuk berisi sisa makanan yang mungkin sudah di tinggalkan pada saat itu. (ASAAD NIAZI/AFP via Getty Images)
Dalam penggalian para arkeolok juga menemukan sebuah Guci tembikar yang pecah terlihat di parit yang baru digali di situs negara kota kuno itu. (ASAAD NIAZI/AFP via Getty Images)
Selain itu arkeolog juga berhasil menemukan tempat pembakaran seperti kuali panjang yang terbuat dari tanah liat itu. Hampir rata-rata sisa barang penemuan tersebut berbahan tanah liat. Hal itu terbukti kebiasaan berkumpul di kedai memang sudah ada sejak jaman dahulu dimana kedai adalah salah satu tempat untuk mencari makan sembari bercengkrama dengan penduduk bahkan menjadi sumber informasi pada saat itu. (ASAAD NIAZI/AFP via Getty Images)
