
4 Fakta Ilmiah Penyebab Gempa Turki Dahsyat dan Mematikan

Jakarta, CNBC Indonesia - Gempa bumi yang melanda Turki dan Suriah pada Senin (6/2/2023) lalu meninggalkan korban jiwa yang begitu banyak. Data terbaru menyebut korban meninggal dunia akibat bencana itu telah mencapai angka 40 ribu jiwa.
Jumlah ini merupakan salah satu yang tertinggi dalam sejarah dunia 20 tahun terakhir. Angka tersebut diprediksi masih akan bertambah mengingat masih banyaknya laporan orang hilang dan tim evakuasi yang terus melakukan proses pencarian di reruntuhan bangunan.
Lalu apa yang membuat gempa ini begitu dahsyat dan mematikan? Dirangkum dari beberapa sumber, berikut alasannya.
1. Waktu terjadi gempa
Sejumlah faktor telah berkontribusi untuk membuat gempa ini begitu mematikan. Salah satunya adalah waktu terjadinya. Untuk diketahui gempa bumi ini mengguncang penduduk dari tidur mereka pada Senin (6/2/2023) sekitar pukul 04.00 waktu setempat.
Dengan gempa yang terjadi pada pagi hari, banyak orang yang sedang berada di tempat tidur saat gempa terjadi yang membuat mereka terjebak di bawah reruntuhan rumah.
2. Gempa susulan
Gempa tersebut terjadi 23 kilometer timur Nurdagi, di provinsi Gaziantep Turki, pada kedalaman 24,1 kilometer.
Pusat gempa sendiri diketahui berada di darat. Bahkan, hanya sekitar 30 km dari kota Gaziantep yang berpenduduk hingga 2 juta orang.
"Serangkaian gempa susulan bergema di seluruh wilayah dalam beberapa jam setelah insiden awal. Gempa susulan berkekuatan 6,7 terjadi 11 menit setelah gempa pertama melanda, tetapi gempa terbesar, yang berukuran 7,5 skala Richter, melanda sekitar sembilan jam kemudian pada pukul 13:24," menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS).
Gempa susulan berkekuatan 7,5 itu, yang melanda sekitar 95 kilometer, adalah yang terkuat dari lebih dari 100 gempa susulan yang telah tercatat sejauh ini.
3. Banyak bangunan runtuh
Banyaknya bangunan yang roboh juga menjadi satu faktor yang menyebabkan jumlah korban jiwa sangat besar.
"Dalam keruntuhan seperti itu, sulit - seperti yang Anda lihat - dan sangat tragis untuk menyelamatkan nyawa. Itu membuat operasi tim pencarian dan penyelamatan menjadi sangat sulit," kata profesor teknik gempa di Universitas Bogazici di Istanbul, Mustafa Erdik.
Erdik mengatakan gambar-gambar kehancuran dan puing-puing yang meluas menunjukkan bahwa ada kualitas desain dan konstruksi yang sangat bervariasi.
"Keruntuhan total adalah sesuatu yang selalu Anda coba hindari baik dalam kode maupun desain sebenarnya," terangnya.
Sementara itu Insinyur struktur USGS Kishor Jaiswal mengatakan bahwa Turki telah mengalami gempa bumi besar sebelumnya, termasuk gempa pada tahun 1999 yang menewaskan lebih dari 14.000 orang.
Karena itu beberapa wilayah Turki memiliki peraturan bangunan regional untuk memastikan proyek konstruksi dapat bertahan dari peristiwa semacam ini.
Tetapi Jaiswal mengatakan tidak semua bangunan dibangun sesuai dengan standar seismik Turki modern. Kekurangan dalam desain dan konstruksi, terutama pada bangunan tua yang menyebabkan banyak bangunan tidak dapat menahan kerasnya guncangan.
"Jika Anda tidak mendesain struktur ini untuk intensitas seismik yang mungkin mereka hadapi dalam masa desainnya, struktur ini mungkin tidak bekerja dengan baik," kata Jaiswa.
Buruknya kualitas bangunan di Turki ini dibenarkan oleh Eyup Muhcu selaku presiden Chamber of Architects of Turkey. Metodenya pun demikian.
Bahkan menurutnya, hal itu berlaku bukan hanya untuk bangunan lama, tapi juga apartemen yang didirikan dalam beberapa tahun terakhir. "Bangunan di area itu lemah dan tidak kokoh, padahal realitanya di sana rawan gempa," kata Muhcu.
Permasalahan itu cenderung dibiarkan saja lantaran solusinya akan mahal, tidak populer serta berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi. Meski di atas kertas Pemerintah Turki punya aturan kontruksi tahan gempa, aturan itu jarang ditegakkan. Itulah mengapa ribuan bangunan bisa kolaps dalam gempa ini.
Developer biasanya menggunakan bahan berkualitas rendah, mempekerjakan lebih sedikit tenaga profesional untuk mengawasi proyek dan tidak mematuhi berbagai peraturan sebagai cara untuk menekan biaya.
"Kita membayarnya dengan ribuan kematian, kerusakan ribuan bangunan, kerugian ekonomi," tutur Muhcu.
4. Patahan Anatolia
Pusat gempa berada sekitar 26 km sebelah timur kota Nurdagi di Turki pada kedalaman sekitar 18 km di Patahan Anatolia Timur. Gempa menyebar ke arah timur laut, membawa kehancuran ke Turki tengah dan Suriah.
Selama abad ke-20, Patahan Anatolia Timur menghasilkan sedikit aktivitas seismik besar. "Jika kita hanya melihat gempa (besar) yang direkam oleh seismometer, itu akan terlihat kurang lebih kosong," kata Roger Musson, rekan peneliti kehormatan di British Geological Survey.
Hanya tiga gempa bumi yang terdaftar di atas 6,0 Skala Richter (SR) sejak 1970 di daerah tersebut, menurut Survei Geologi AS (USGS).
Di Turki, rata-rata ada kurang dari 20 gempa bermagnitudo lebih dari 7,0 setiap tahun. Hal itu membuat peristiwa baru-baru ini tergolong kejadian luar biasa.
Joanna Faure Walker, kepala Institut Pengurangan Risiko dan Bencana University College London, menjelaskan dibandingkan dengan gempa M 6,2 yang melanda Italia tengah pada 2016 dan menewaskan sekitar 300 orang, gempa Turki-Suriah melepaskan energi 250 kali lebih banyak.
Adapun, hanya dua gempa paling mematikan dari 2013 hingga 2022 yang besarnya sama dengan gempa Turki pada Senin.
Patahan Anatolia Timur juga diketahui merupakan sesar geser.
(tib)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 4 Ramalan Gempa yang Terbukti Benar, Bukan Hanya di Turki