Manusia Flores Masih Berkeliaran, Ahli Ungkap Buktinya

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
Rabu, 08/02/2023 14:35 WIB
Foto: Dalam foto yang diambil 14 September 2009 ini, para pekerja bekerja di lokasi penggalian gua Liang Bua tempat ditemukannya sisa-sisa Homo floresiensis di Ruteng, pulau Flores, Indonesia. (AP/Achmad Ibrahim)

Jakarta, CNBC Indonesia - Manusia purba Homo floresiensis disebut-sebut masih menghuni pedalaman Flores. Seorang ahli meyakini hal tersebut, salah satunya profesor antropologi di University of Alberta Gregory Forth.

Untuk diketahui, Homo Floresiensis merupakan jenis manusia purba yang ditemukan pada 2003 silam. Saat mencari bukti migrasi manusia modern dari Asia ke Australia para peneliti menemukan kerangka kecil cukup lengkap dari spesies manusia yang sudah lama punah di pulau Flores, Indonesia.

Kerangka kecil itu lalu disebut sebagai Homo floresiensis, atau yang kemudian dikenal sebagai hobbit merujuk kepada makhluk kreasi J.R.R. Tolkien dalam kisah fiksi The Lord of the Rings dan adaptasi filmnya yang populer.


Spesies ini awalnya dianggap berumur 12.000 tahun. Namun setelah analisis lebih lanjut, ternyata umur kerangka tersebut sekitar 50.000 tahun.

Belum lama ini, Forth mengungkapkan bahwa Homo floresiensis masih hidup dan berkeliaran.

Hal tersebut ia beberkan dalam tulisan di The Scientists yang mengatakan bahwa ahli paleontologi dan ilmuwan lain mengabaikan kesaksian penduduk lokal yang melihat penampakan manusia purba tersebut.

Dalam tulisan itu, ia sekaligus mempromosikan bukunya berjudul Between Ape and Human.

"Tujuan saya dalam menulis buku ini adalah untuk menemukan penjelasan terbaik - yaitu, yang paling rasional dan paling didukung secara empiris - tentang kisah dari suku Lio" tulis Forth dalam tulisan, dikutip dari IFL Science, Rabu (8/2/2023).

Foto: Karen Neoh/CC0
Ilustrasi Homo Floresiensis yang fosilnya ditemukan di Flores.

"Termasuk laporan penampakan oleh lebih dari 30 saksi mata, yang semuanya saya ajak bicara secara langsung. Dan saya menyimpulkan bahwa cara terbaik untuk menjelaskan apa yang mereka katakan kepada saya adalah bahwa hominin non-sapiens telah bertahan di Flores hingga saat ini atau baru-baru ini." imbuhnya.

Dia menulis bahwa zoologi dari warga lokal suku Lio yang mendiami pulau itu berisi cerita tentang manusia yang berubah menjadi hewan saat mereka bergerak dan beradaptasi dengan lingkungan baru. Dia samakan makhluk itu dengan sejenis Lamarckisme karena pewarisan karakteristik fisik yang didapat.

"Seperti yang diungkapkan oleh penelitian lapangan saya, perubahan yang dikemukakan seperti itu mencerminkan pengamatan lokal tentang kesamaan dan perbedaan antara spesies nenek moyang dan keturunannya yang berbeda," terangnya

Ia mengidentifikasi makhluk ini sebagai hewan, tidak memiliki bahasa atau teknologi rumit yang dimiliki manusia. Namun, mereka disebut sangat mirip dengan manusia.

"Bagi suku Lio, penampilan manusia-kera sebagai sesuatu yang tidak sepenuhnya manusia membuat makhluk itu menjadi anomali dan karenanya bermasalah dan mengganggu," terang Forth.

Untuk saat ini, waktu terdekat hidup makhluk ini sekitar 50.000 tahun yang lalu. Tapi Forth mendesak agar pengetahuan dari para penduduk lokal dimasukkan untuk menyelidiki evolusi hominin.

"Apa yang mereka katakan tentang makhluk itu, ditambah dengan bukti lain, sepenuhnya konsisten dengan spesies hominin yang masih hidup, atau yang hanya punah dalam 100 tahun terakhir." pungkasnya.

 


(dem)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Adopsi Teknologi Tinggi, Infrastruktur Digital Makin Diperkuat