
Fakta Mengerikan Jamur Zombie Asal RI di Seri The Last of Us

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebanyakan cerita soal zombie, seperti The Walking Dead, World War Z, dan Train to Busan, virus dengan cepat mengubah manusia menjadi monster haus darah.
Tapi dalam seri The Last of Us, yang diangkat berdasarkan video game dengan nama yang sama, menghasilkan cerita yang berbeda.
Dalam seri tersebut inang manusia pembawa patogen bukanlah "mayat hidup", tapi mereka masih hidup. Selain itu, bukan virus yang menginfeksi, melainkan jamur.
Di serial HBO tersebut, jamur yang mewabah ke seluruh dunia tersebut berasal dari Indonesia.
Pembuat game The Last of Us mengatakan bahwa mereka terinspirasi oleh segmen dari serial dokumenter "Planet Earth" BBC, yaitu tentang jamur mengambil alih akal semut.
Jelas tontonan tersebut fiksi. Namun, konsep jamur yang membuat manusia menjadi zombie tetap menarik untuk menjadi bahan bahasan ilmuwan.
Salah satunya adalah David Hughes, ahli entomologi di Penn State University. Menurutnya kiamat spesies manusia karena diambil alih oleh patogen jamur yang mengendalikan pikiran tidak masuk akal.
Namun menurut ahli lain, sebagian konsep dari serial ini terinspirasi oleh sains nyata, serta gagasan tentang perubahan iklim dan penyakit yang sedang dihadapi para ilmuwan saat ini.
"Ini tidak terlalu mengada-ada bagi saya," kata Matthew Kasson, ahli mikologi di Universitas Virginia Barat, dikutip dari Smithsonian, Jumat (27/1/2023).
Dalam klip "Planet Bumi" yang menginspirasi The Last of Uss, jamur Ophiocordyceps menginfeksi semut peluru. Menurut ahli, jamur tumbuh di dalam serangga dapat mengubah separuh tubuhnya menjadi jamur.
Namun itu membuat otak semut tetap utuh, yang memungkinkannya memanipulasi perilaku serangga. Ophiocordyceps mengarahkan semut untuk memanjat dahan, tempat ia mati.
Kemudian, jamur tumbuh dari kepala semut agar bisa menyebarkan spora secara efektif dan menginfeksi lebih banyak inang, termasuk semut lain.
João Araújo, ahli mikologi di Kebun Raya New York, mengatakan, sebanyak 35 spesies Ophiocordyceps yang diketahui dapat memengaruhi perilaku serangga, dan mereka memperkirakan bahwa ratusan lainnya masih belum ditemukan.
Tetapi para ilmuwan tidak khawatir tentang jamur yang menginfeksi manusia. "Mereka sangat spesifik untuk spesies. Dan manusia memiliki tubuh yang sangat berbeda dari serangga ini." kata Charissa de Bekker yang mempelajari "semut zombie" di Universitas Utrecht di Belanda.
Namun, beberapa bahasan dalam tayangan tersebut relevan bagi para ilmuwan saat ini. Salah satunya adalah infeksi jamur pada manusia relatif kurang dipelajari dan sulit diobati.
Dari 1,5 hingga 5 juta spesies jamur, manusia hanya menjadi sakit dari beberapa ratus di antara jenis yang ada. Dengan sebagian besar jenis jamur mengancam orang dengan gangguan kekebalan.
Di satu sisi lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia terkena infeksi jamur serius setiap tahun, dan sekitar 1,5 juta di antaranya meninggal, menurut laporan Wired yang ditulis oleh Rose Eveleth pada tahun 2021. Bagian yang membuat infeksi ini mematikan adalah karena sulit diobati.
"Jamur lebih dekat kekerabatannya dengan hewan daripada tanaman," kata Kasson. "Sulit untuk melawan mereka tanpa melawan diri kita sendiri. Jadi, mereka harus menemukan jenis senyawa khusus yang dapat membunuh jamur tanpa membahayakan inangnya."
(dem)
[Gambas:Video CNBC]