Tragedi 'Inti Setan', Bola Pembunuh Ilmuwan yang Mengerikan

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
Jumat, 30/12/2022 18:55 WIB
Foto: Science Alert

Jakarta, CNBC Indonesia - Bom nuklir di Nagasaki dan Hiroshima bukan satu-satunya yang disiapkan Amerika Serikat (AS) untuk Jepang pada tahun 1945. Ada bom yang dinamai sebagai 'demon core' alias inti setan yang telah disiapkan dan menunggu giliran untuk diledakkan.

Namun, Jepang menyerah kepada sekutu pada 15 Agustus 1945, setelah mendapat serangan bom kedua. Hal itu membuat bom setan tidak diperlukan lagi.

Pada akhirnya, bola plutonium dan galium murni dengan berat 6,2 kg itu disimpan untuk penelitian lebih lanjut di laboratorium Los Alamos, New Mexico. Sayangnya, kecelakaan terjadi dan memakan korban di  laboratorium tersebut. 


Insiden naas ini terjadi pada fisikawan di fasilitas itu, Harry Daghlian. Pada 21 Agustus 1945, dia kembali ke laboratorium sendirian setelah makan malam. Entah iseng atau ingin bereksperimen, Daghlian malah mengelilingi bom setan dengan batu bata yang terbuat dari tungsten karbida.

Metode itu membuat kondisi bom setan jadi kritis dan bersiap mengeluarkan radiasi tingkat tinggi. Dia terus menyusun batu bata hingga mencapai titik sangat kritis.

Melansir Science Alert, Jumat (30/12/2022), bencana datang saat dia menarik salah satu batu bata namun tidak sengaja menjatuhkannya ke atas bola. Hal itu membuat inti bom setan bereaksi, menghasilkan cahaya biru serta gelombang panas.

Akhirnya, tangan Daghlian menerima radiasi dan terbakar hingga melepuh. Daghlian pun koma dan meninggal 25 hari setelah kejadian tersebut.

Foto: Science Alert
Demon Core

Berikutnya pada 21 Mei 1964, Louis Slotin yang merupakan rekan Daghlian mendemonstrasikan hal serupa. Dia menurunkan kubah berilium, yang juga memantulkan kembali neutron, di atas inti bom.

Dia berusaha tidak menutupi inti bom dengan obeng. Namun obengnya tergelincir dan kubahnya jatuh menutupi inti bom atom tersebut.

"Kilat biru terlihat jelas dalam ruangan Total durasi cahaya kilat tidak mungkin lebih dari sepersepuluh detik," jelas Raemer Schreiber yang berada di ruangan itu.

Seluruh orang di dalam ruangan, terkena radiasi. Namun Slotin yang menerima radiasi dengan dosis mematikan dan lebih besar. Meski awalnya kembali pulih, berat badannya turun, sakit perut, dan menunjukkan tanda gangguan mental. Dia meninggal sembilan hari setelah kejadian.


(tib)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kasus Korupsi Tanihub, Eks CEO & Bos Investor Startup Ditahan


Related Articles