Mata-matai Data Pengguna AS, Karyawan TikTok Dipecat!

Intan Rakhmayanti, CNBC Indonesia
23 December 2022 22:00
FILE - This Feb. 25, 2020, photo shows the icon for TikTok taken in New York. India is banning 59 apps with Chinese links, saying their activities endanger the country’s sovereignty, defense and security. India’s decision comes as its troops are in a tense standoff with Chinese soldiers in eastern Ladakh in the Himalayas that started last month. India lost 20 soldiers in a June 15 clash. The government says the banned apps include TikTok, UC Browser, WeChat and Bigo Live, as well as the e-commerce platforms Club Factory and Shein, that are used in mobile and non-mobile devices connected to the Internet.(AP Photo, File)
Foto: Logo Tiktok AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - ByteDance, perusahaan induK TikTok, mengatakan bahwa beberapa karyawan yang mengakses data pengguna TikTok telah dipecat.

Perusahaan menyebut karyawan tersebut telah membuka akses data dua jurnalis asal Amerika Serikat (AS), wartawan BuzzFeed dan Financial Times.

Hal tersebut terungkap dari sebuah email yang dilihat oleh Reuters, dikutip Jumat (23/12/2022).

Kasus ini menunjukkan bahwa perusahaan gagal menyelidiki kebocoran informasi yang terjadi pada awal tahun ini.

Karyawan tersebut melihat alamat IP jurnalis yang mencoba mengetahui apakah mereka berada di lokasi yang sama dengan karyawan yang diduga membocorkan informasi rahasia.

Pengungkapan tersebut, yang dilaporkan sebelumnya oleh New York Times, dapat menambah tekanan yang dihadapi TikTok dari anggota parlemen dan pemerintahan Biden atas masalah keamanan tentang data pengguna AS.

Seseorang yang diberi pengarahan tentang masalah tersebut mengatakan empat karyawan ByteDance yang terlibat dalam insiden tersebut dipecat, termasuk dua di China dan dua di Amerika Serikat.

Pejabat perusahaan mengatakan mereka mengambil langkah tambahan untuk melindungi data pengguna.

Kongres akan mengesahkan undang-undang minggu ini untuk melarang pegawai pemerintah AS mengunduh atau menggunakan TikTok di perangkat milik pemerintah mereka dan lebih dari belasan gubernur telah melarang pegawai negara bagian menggunakan TikTok di perangkat milik negara.

The Financial Times mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa memata-matai wartawan, mengganggu pekerjaan mereka atau mengintimidasi adalah tindakan yang tidak bisa diterima.

"Kami akan menyelidiki cerita ini lebih lengkap sebelum memutuskan tanggapan formal kami," kata mereka.

Sementara juru bicara BuzzFeed News Lizzie Grams mengatakan perusahaan sangat terganggu oleh laporan tersebut, dengan mengatakan itu menunjukkan pengabaian terang-terangan terhadap privasi dan hak jurnalis, serta pengguna TikTok.

Forbes melaporkan ByteDance telah melacak beberapa jurnalis Forbes termasuk yang sebelumnya bekerja di BuzzFeed sebagai bagian dari kampanye pengawasan rahasia yang bertujuan menemukan sumber kebocoran.

Randall Lane, chief content officer Forbes, menyebutnya sebagai serangan langsung terhadap gagasan pers bebas dan peran kritisnya dalam demokrasi yang berfungsi.

Kepala Eksekutif TikTok Shou Zi Chew mengatakan dalam email terpisah kepada karyawan yang dilihat oleh Reuters bahwa "pelanggaran seperti itu sama sekali tidak mewakili prinsip perusahaan kami."


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Induk TikTok Tiba-tiba Masuk Bisnis Rumah Sakit, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular