CNBC Indonesia Awards 2022

Teknologi Kedokteran Nuklir Obati Kanker Tiroid, Apa itu?

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
Kamis, 27/10/2022 12:43 WIB
Foto: Intip Fasilitas & Teknologi Kesehatan Muktahir di Mandaya Hospital (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penggunaan nuklir bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan energi, melainkan juga kesehatan, terutama terapi pada kanker. Presiden Direktur Mandaya Hospital Ben Widaja mengungkapkan terapi dan diagnostik kedokteran nuklir menggunakan zat radioaktif dosis rendah dan aman bagi tubuh untuk mendiagnoasa penyakit tiroid.

Salah satu metode terapinya adalah ablasi tiroid, sehingga tidak perlu melakukan operasi atau pembedahan pada pasien.

"Dengan kedokteran nuklir yang kita lakukan menggabungkan yodium biasa dan zat radioaktif yang aman. Jadi pasien hanya minum air putih dan radioaktif masuk ke dalam tubuh kita, dan ke tiroid dan menghancurkan area bermasalah. Dengan metode ini kita hanya harus minum," ujar Ben dalam Road To CNBC Indonesia Award, Kamis (27/10/2022).


Kelebihan terapi ini menurutnya memiliki tingkat akurasi yang tinggi dan targeted, artinya hanya akan membunuh sel tiroid ganas tanpa membunuh sel lain. Berbeda dengan kemoterapi dan pembedahan yang memberikan efek fisik. Dia mengakui metode kedokteran nuklir masih belum umum di Indonesia, dan penggunaannya masih terbatas.

Ke depannya, metode ini juga bisa diterapkan untuk penyakit lain seperti kanker prostat dan kanker lainnya. Dia mengungkapkan untuk terapi hyper tiroid pasien harus minum obat selama 2-3 minggu baru kemudian diobservasi.

"Untuk dosis lebih tinggi, pasien dirawat 3-4 hari. Lalu akan balik setelah satu bulan. Mungkin 2-3 kali terapi tergantung seberapa parah kondisi pasien," kata dia.


(rah/rah)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Regulasi Rumit - Jaminan Keamanan Jadi Kendala Bisnis Telco RI