Amerika Buat Covid Varian Baru di Lab, Tingkat Kematian 80%

Tech - Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
24 October 2022 09:15
Pekerja medis dengan pakaian pelindung memeriksa pasien anak-anak saat mereka melakukan pemeriksaan di bangsal Shanghai New International Exhibition Hall, yang telah diubah menjadi rumah sakit darurat untuk penyakit virus corona (COVID-19), di Shanghai, China, Sabtu (9/4/2022).  (China Daily via REUTERS) Foto: Pekerja medis dengan pakaian pelindung memeriksa pasien anak-anak saat mereka melakukan pemeriksaan di bangsal Shanghai New International Exhibition Hall, yang telah diubah menjadi rumah sakit darurat untuk penyakit virus corona (COVID-19), di Shanghai, China, Sabtu (9/4/2022). (China Daily via REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Para ilmuwan di Universitas Boston, Amerika Serikat (AS) menciptakan varian baru Covid-19 dengan tingkat kematian 80%.

Para peneliti ini menggabungkan varian Omicron yang sangat menular dari virus Corona dengan jenis asli yang pertama kali terdeteksi di Wuhan.

Dalam percobaannya virus membunuh 80% tikus yang terinfeksi. Dan ketika tikus hanya terkena Omicron, mereka mengalami gejala ringan.

Penelitian ini dilakukan oleh tim ilmuwan dari Florida dan Boston di laboratorium penyakit menular nasional. Mereka mengekstrak protein lonjakan dari Omicron dan melampirkannya virus yang pertama kali terdeteksi pada awal pandemi.

Mereka kemudian mendokumentasikan bagaimana tikus bereaksi terhadap ketegangan hibrida.

"Di tikus, Omicron menyebabkan infeksi ringan, non-fatal, virus pengangkut Omicron menyebabkan penyakit parah dengan tingkat kematian 80 persen," tulis tim peneliti dalam sebuah makalah penelitian, dikutip dari Fox29, Senin (24/10/2022).

"Strain baru memiliki partikel virus lima kali lebih menular daripada varian Omicron," imbuh mereka.

Covid-19 pertama kali terdeteksi dari pasar basah di Wuhan, meskipun banyak yang percaya virus itu direkayasa di Wuhan Institute of Virologi. Organisasi Kesehatan Dunia terus menghadapi kritik atas penanganan krisis di awal.

Sementara itu, Omicron merupakan varian Covid yang sangat menular, bahkan pada mereka yang telah divaksinasi.

Boston University telah memberikan penjelasan tambahan soal penelitian ini. Universitas mencatat bahwa penelitian tersebut telah ditinjau dan disetujui oleh Institutional Biosafety Committee (IBC), yang terdiri dari ilmuwan serta anggota masyarakat setempat, dan bahwa Komisi Kesehatan Masyarakat B

Studi ini bertujuan untuk memeriksa protein spike (duri) pada varian Omicron SARS-CoV-2 (BA.1). Para peneliti tertarik untuk membandingkan varian dengan strain virus asli, yang dikenal sebagai strain Washington.

Mereka ingin mengetahui apakah strain terbaru tidak menyebabkan penyakit parah hanya karena virus itu tidak menginfeksi sel yang sama dengan strain sebelumnya. Mereka tertarik pada bagian dari virus yang menentukan seberapa serius penyakit yang akan diderita seseorang.

Corley menegaskan bahwa penelitian ini bukan penelitian gain-of-function, artinya tidak memperkuat strain virus SARS-CoV-2 negara bagian Washington atau membuatnya lebih berbahaya. Faktanya, penelitian ini membuat virus bereplikasi menjadi kurang berbahaya.

"Penelitian ini menunjukkan bukan protein spike yang membuat Omicron lebih menular, tetapi protein virus lainnya. Menentukan protein apa, akan membantu memperbaiki diagnosis dan strategi pengelolaan wabah," kata Mohsan Saeed, profesor biokimia di Boston University.

Para peneliti juga menekankan bahwa tingkat kematian adalah hasil dari uji coba pada subjek hewan.

Adapun model hewan yang digunakan adalah jenis tikus tertentu yang sangat rentan, dan 80 persen hingga 100 persen tikus yang terinfeksi meninggal karena penyakit dari jenis aslinya, yang disebut jenis Washington.

"Padahal Omicron menyebabkan penyakit yang sangat ringan pada hewan-hewan ini." ungkapnya.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Terungkap! Ini yang Bikin Gejala Omicron Tak Seganas Delta


(dem)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading