Kata Ilmuwan, Kematian Orang Bisa Dideteksi Dari Cara Jalan

Eqqi Syahputra, CNBC Indonesia
22 October 2022 13:00
Sejumlah warga melakukan aktivitas didalam Lippo Mal Puri, Kembangan, Jakarta, Selasa (21/9/2021). Pemerintah melakukan penyesuaian aktivitas masyarakat dalam ketentuan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) terbaru, yang berlaku dua pekan sampai 4 Oktober 2021. Salah satunya yaitu uji coba pembukaan pusat perbelanjaan/ mal bagi anak-anak di bawah 12 tahun. Uji coba pembukaan pusat perbelanjaan/Mall bagi anak-anak di bawah usia kurang dari 12 tahun dengan pengawasan dan pendampingan orang tua,
Foto: Ilustrasi Mall (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kematian setiap seseorang memang menjadi rahasia sang pencipta. Namun, bagaimana jika seseorang bisa mendeteksi kematiannya melalui tanda-tanda tertentu, contohnya seperti melalui cara berjalan?

Hal inilah yang diteliti oleh jurnal PLOS Digital Health, Universitas Illinois di Urbana-Champaign Inggris. Studi ini dilakukan dengan memasang sensor gerak yang dikenakan di pergelangan tangan serta terhubung ke smartphone, dan diklaim dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kematian seseorang hingga lima tahun kemudian.

Menurut salah satu penulis studi tersebut yang juga seorang peneliti ilmu komputer di University of Illinois, Bruce Schatz mengatakan akselerasi deteksi tersebut dilakukan kepada sampel dengan cara berjalan selama 6 menit untuk mengukur fungsi jantung dan paru-paru, lalu membandingkan jarak total ideal yang mereka tempuh sesuai patokan menurut usia mereka.

"Jika Anda merekam semua data, memang benar bahwa orang memiliki gerakan tertentu dan Anda dapat mengetahui umur orang itu," tuturnya dikutip dari crash.net, Sabtu (22/10/2022).

Prediksi kematian di masa depan yang dibuat oleh model para peneliti ini adalah 72% benar setelah satu tahun dan 73% benar setelah lima tahun. Dia pun mengklaim model ini lebih akurat menghitung prediksi kematian seseorang.

"Demonstrasi yang lebih menjanjikan dari teknologi pemantauan pasif seperti sensor telepon dan pergelangan tangan, karena model timnya membutuhkan lebih sedikit data dan menawarkan lebih banyak privasi kepada pengguna," ujarnya.

Menurutnya, penelitian di masa depan harus memvalidasi model pengukur kesehatan melalui sensor gerak yang terhubung ke smartphone seperti ini. Hal ini karena hanya dengan melalui aplikasi yang dapat mengukur kesehatan, seseorang akan makin sadar dengan kesehatannya dan memulai hidup yang lebih baik.

"Jika Anda ingin meningkatkan kesehatan semua masyarakat, proyek seperti ini sangat penting," kata Schatz.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Merger Operator Seluler, Emiten Tower Incar Ekspansi Bisnis Ini

Next Article Tak Kalah Hebat, Ini 7 Penemu Asal Indonesia yang Mendunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular