BI Kasih Sinyal Ini, Bukti Kiamat Kartu Debit Segera Tiba

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
18 October 2022 07:55
Pembeli membayar belanjaanya dengan menggunakan aplikasi pembayaran digital QRIS (QR Code Indonesian Standard) untuk transaksi dagang di pasar Badung, Denpasar, Bali, Selasa, (30/8/2022). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pembeli membayar belanjaanya dengan menggunakan aplikasi pembayaran digital QRIS (QR Code Indonesian Standard) untuk transaksi dagang di pasar Badung, Denpasar, Bali, Selasa, (30/8/2022). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nampaknya kartu debit makin jarang digunakan di masa depan. Ini terlihat dari pengembangan layanan QRIS di masyarakat yang makin luas ke segmen menengah ke atas.

Bank Indonesia (BI) berencana mengembangkan penggunaan QRIS dengan meningkatkan limit transaksi pengguna. Peningkatan ini sudah terjadi secara bertahap sejak beberapa waktu lalu.

Pada tahun 2019 saat pertama kali debut, limit transaksi QRIS hanya Rp 2 juta. Kemudian menjadi Rp 5 juta dan berikutnya transaksi bisa mencapai Rp 10 juta.

"Kami tingkatkan sekarang menjadi Rp 5 juta pertama dan kemudian sekarang Rp 10 juta, dan dapat ditingkatkan lebih lanjut karena respons dari orang-orang sangat antusias dengan ini jenis QRIS," ujar Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti dalam diskusi Advancing Digital Economy And Finance: Government And Industry Strategy On Digitalization, beberapa waktu lalu.

Saat ini, kode QRIS sudah makin mudah ditemukan di toko dan gerai. Mulai dari mal hingga pusat perbelanjaan tradisional. QRIS bahkan sudah bisa digunakan di luar negeri, yaitu Thailand. Berikutnya, penggunaan QRIS diperluas ke Malaysia, Singapura, dan Filipina.

QRIS juga menggunakan mesin EDC, yang sebelumnya digunakan untuk transaksi kartu kredit dan debit di berbagai merchant.

"Ya, saat ini kami sudah memiliki 19 juta. Jadi 90% pengguna dari 19 juta merchant saat ini sebenarnya adalah UKM," kata dia.

Destry menjelaskan BI terus melakukan pengembangan sistem pembayaran Indonesia. Dengan begitu akan memberikan lebih banyak peluang baru serta meminimalkan hambatan para pemain serta menurunkan biaya transaksi.

Untuk mendukung rencana tersebut, harus ada terobosan dari sisi teknologi dan regulasi. Selain juga soal mengenai kerja sama antara institusi-asosiasi, khususnya mengenai edukasi pada masyarakat.

"Dan satu hal yang juga ingin saya tekankan, yang terjadi saat ini adalah adanya kebutuhan yang sangat kuat untuk membuat pembayaran lintas negara menjadi lebih efisien," pungkasnya.



[Gambas:Video CNBC]
Next Article Belanja di Thailand Kini Bisa Pakai Rupiah, Begini Caranya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular