Manajemen Grab Tegaskan Tak Ikut Tren PHK Massal
Jakarta, CNBC Indonesia - Grab, perusahaan transportasi dan pengiriman makanan terbesar di Asia Tenggara, menegaskan tidak memiliki rencana melakukan PHK massal seperti yang dilakukan beberapa pesaing. Alih-alih memangkas karyawan, manajemen memilih melakukan rekrutmen selektif, sambil membatasi ambisi layanan keuangannya.
Chief Operating Officer (CEO) Grab Alex Hungate mengatakan bahwa sejak awal tahun ini, Grab telah khawatir tentang resesi global dan sangat berhati-hati dan bijaksana melakukan perekrutan apa pun. Sebagai hasilnya, Grab tidak sampai pada titik "putus asa" dalam perekrutan, pembekuan status karyawan atau PHK massal.
"Sekitar pertengahan tahun, kami melakukan semacam reorganisasi khusus, tetapi saya tahu perusahaan lain telah melakukan PHK massal, jadi kami tidak melihat diri kami dalam kategori itu," kata Hungate dikutip dari Reuters, Minggu (25/9/2022).
Grab saat ini memilih merekrut untuk SDM dalam data sains, teknologi pemetaan, dan bidang khusus lainnya. Meski masih membuka lowongan, Hungate mengatakan setiap perekrutan adalah keputusan yang jauh lebih besar daripada sebelumnya.
"Anda ingin memastikan bahwa kami menghemat modal. Rintangan untuk merekrut pasti telah meningkat," sambungnya.
Grab yang berusia satu dekade, nama terkenal di Asia Tenggara, memiliki sekitar 8.800 staf pada akhir tahun 2021. Seperti para pesaingnya, Grab telah diuntungkan dari ledakan layanan makanan selama pandemi Covid-19, sementara layanan transportasi online mengalami penurunan.
Saat ekonomi terbuka, permintaan pengiriman makanan melunak sementara ride-hailing belum sepenuhnya pulih. Valuasi teknologi juga telah turun secara dramatis dan inflasi, pertumbuhan yang lebih lambat, dan kenaikan suku bunga telah muncul sebagai risiko.
Dalam beberapa minggu terakhir, perusahaan e-commerce terbesar di Asia Tenggara, Shopee, memangkas pekerjaan di berbagai negara dan menutup beberapa operasi di luar negeri setelah induk Sea melaporkan kerugian yang semakin besar dan membatalkan perkiraan e-commerce tahunannya.
Hungate telah berhasil mengurangi kerugian. Kerugian Grab pada kuartal kedua menyempit menjadi US$572 juta dari US$801 juta setahun sebelumnya. Namun Agustus lalu, Grab memangkas prospek volume barang dagangan kotor untuk tahun ini. Perusahaan mengklaim pemangkasan disebabkan olleh dolar yang kuat dan surutnya permintaan pengiriman makanan.
Pada bulan yang sama, Grab mengatakan telah menutup lusinan pusat distribusi untuk bahan makanan sesuai permintaan dan menunda peluncuran fasilitas terpusat, yaitu cloud kitchen.
"Area lain di mana kami benar-benar memperketat niat strategis kami adalah dalam layanan keuangan di mana kami menumbuhkan pembayaran, dompet, dan pinjaman keuangan non-bank cukup signifikan di luar platform dan di platform kami," kata Hungate.
Grab mereorganisasi unit fintechnya tahun ini untuk fokus pada area yang lebih menguntungkan. Grab sekarang berfokus pada penjualan produk pinjaman dan asuransi di platformnya kepada pedagang dan pengemudi yang sering bertransaksi dari aliran pendapatan mereka di platform pembayaran Grab.
"Saat kami melakukan perubahan ini, bauran bisnis akan bergerak ke arah margin yang lebih tinggi," kata Hungate.
Grab, yang beroperasi di 480 kota di delapan negara, memiliki lebih dari lima juta pengemudi terdaftar dan lebih dari dua juta pedagang di platformnya.
(haa/haa)