Deretan Startup Terkenal Indonesia yang Mati di Tengah Jalan

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
03 August 2022 09:35
QLAPA
Foto: QLAPA

Jakarta, CNBC Indonesia - Ada banyak kisah startup yang akhirnya harus mati di tengah jalan.

Di Indonesia, startup, menurut Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dedy Permadi, mengalami kegagalan akibat faktor manajerial, seperti kurangnya pengalaman dan visi jelas dari founder.

Lebih lanjut, kata Dedy, sebagaimana tertulis dalam laporan Failory, kurangnya fokus dalam menjalankan bisnis juga menjadi penyebab gagalnya startup di Indonesia.

"Selain itu, menurut laporan dari CB Insights dua alasan utama startup mengalami kegagalan adalah karena kehabisan dana [ran out of cash] dan tidak adanya kebutuhan pasar [no market need]," ujar Dedy saat dihubungi CNBC Indonesia, melalui pesan singkat.

Berikut daftar startup di Indonesia yang harus gulung tikar dengan berbagai alasan:

1. Airy Rooms

Airy Rooms resmi menghentikan operasionalnya pada 31 Mei 2020 silam. Pandemi membuat bisnis hotel aggregator berhenti beroperasi.

Menurut CEO Louis Alfonso Kodoatie, penghentian operasional Airy Rooms terjadi karena mempertimbangkan beberapa hal. Termasuk diantaranya terkait kondisi pasar yang hampir tumbang saat Covid-19 menghantam.

2. Stoqo

Startup ini berjalan dengan konsep business-to-business (B2B) dan memasok bahan makanan segar, seperti cabai, telur hingga ampas kopi ke gerai makanan atau restoran. Pada 22 April 2020, Stogo yang menjual sembako secara online ini menutup layanannya.

Pandemi menghantam keberlanjutan bisnis ini. "Dengan berat hati, kami mengumumkan bahwa STOQO telah berhenti beroperasi," tulis perusahaan dalam website-nya.

Stoqo dilaporkan memiliki 250 pegawai. Berbagai investor juga telah mendanai perusahaan termasuk Alpha JWC Ventures, Mitra Accel, Insignia Ventures Partners dan Monk's Hill Ventures.

3. Qlapa

Tak hanya alasan pandemi, ketidakmampuan dalam bersaing dengan kompetitor lain juga menjadi penyebab startup gulung tikar. Hal ini dialami oleh startup Qlapa. Didirikan tahun 2015, startup ini hanya mampu bertahan 4 tahun karena tidak dapat bersaing dengan e-commerce lain, seperti Tokopedia dan Bukalapak.

"Hampir 4 tahun yang lalu, kami memulai Qlapa dengan misi memberdayakan perajin lokal. Banyak pasang surut yang kami alami dalam perjalanan yang luar biasa ini. Kami sangat berterima kasih atas semua tanggapan positif dari para penjual, pelanggan, dan media. Dukungan yang kami terima sangat luar biasa dan membesarkan hati," tulis manajemen Qlapa merilis pernyataan di situs resminya.

4. Sorabel

Sorabel menutup perusahaannya pada 30 Juli 2020. Dikabarkan alasan di balik penutupan itu karena kehabisan modal dan kesulitan menggalang pendanaan baru saat pandemi.

"Oleh karena proses likuidasi yang ditempuh, hubungan kerja harus berakhir di tahap ini untuk semua orang tanpa terkecuali, tepatnya efektif di tanggal 30 Juli 2020. Saya yakin tidak ada satunya pun orang yang berharap hal ini untuk terjadi," tulis para pemimpin pada karyawan Sorabel.


(dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kisah Startup yang Gulung Tikar Walau Modal Triliunan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular