Ini Biang Kerok Omicron BA.4-BA.5 Menyebar Cepat di Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Kemunculan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 menyebabkan gelombang Covid-19 di sejumlah negara. Demikian pula di Indonesia, kedua subvarian baru ini sudah mendominasi.
Namun, apa sebenarnya yang membuat subvarian ini begitu cepat menyebar?
BA.4 dan BA.5 diketahui memiliki banyak mutasi yang sama dengan varian Omicron asli, tetapi memiliki lebih banyak kesamaan dengan varian BA.2, demikian dilansir dari laman resmi GAVI, Rabu (20/7/2022).
Mereka juga memiliki sejumlah mutasi tambahan, beberapa di antaranya dapat mengubah karakteristik mereka. Kedua subvarian sering dibahas bersama karena mutasi pada gen protein lonjakan mereka identik, meskipun mereka berbeda dalam mutasi yang ditemukan di tempat lain.
BA.4 dan BA.5 membawa mutasi L452R yang sebelumnya terdeteksi pada varian Delta. Mutasi ini yang diperkirakan bisa membuat virus lebih menular dengan meningkatkan kemampuannya untuk menempel pada sel manusia, serta menghindari sel-sel kekebalan.
Selain itu, kedua subvarian ini memiliki mutasi F486V, yang terletak di tempat spike protein virus mengikat ke sel manusia. Ini juga bisa membantu virus berhasil menghindar dari respons imun manusia.
Berbeda dengan varian BA.2, sebagian besar BA.4 dan BA.5 juga mengandung perubahan genetik yang memengaruhi tes PCR, fenomena ini disebut putusnya gen S.
Sejauh ini baru sedikit penelitian ilmiah yang telah dipublikasikan mengenai BA.4 dan BA.5, itu pun belum ada yang ditinjau oleh rekan sejawat (peer review), artinya pengetahuan tentang mereka masih terbatas.
Namun, dalam salah satu studi ini, peneliti yang dipimpin oleh Alex Sigal dari Institut Penelitian Kesehatan Afrika di Durban, Afrika Selatan, menyelidiki sejauh mana antibodi 39 orang yang telah pulih dari varian Omicron asli dapat mencegah sel terinfeksi virus varian BA.4 dan BA.5.
Dari penelitian itu ditemukan bahwa antibodi tersebut beberapa kali kurang efektif melawan subvarian baru.
Namun, antibodi yang dihasilkan 15 orang yang sudah divaksinasi ternyata lebih efektif dibanding yang dihasilkan infeksi alami. Dampaknya, itu bisa menimbulkan dan menyebabkan gelombang infeksi baru.
"Cukup untuk menimbulkan masalah dan menyebabkan gelombang infeksi. Tetapi [itu] tidak mungkin menyebabkan penyakit yang jauh lebih parah daripada gelombang sebelumnya, terutama pada [individu] yang sudah divaksinasi." jelasnya.
[Gambas:Video CNBC]
Deretan Wilayah Ini Sudah Lewati Puncak Omicron, Mana Saja?
(dem)