Go Public & Nama Besar, Startup Ini Tutup Nunggak Sewa Kantor

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
30 May 2022 08:55
Founder LeEco Jia Yueting
Foto: dok LeEco

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah startup dengan nama besar di China, LeEco dirundung banyak masalah. Perusahaan yang dikenal sebagai Netflixnya China itu harus menghadapi masalah menunggak bayar sewa kantor dan akhirnya menutup operasional.

LeEco diketahui memiliki kinerja cemerlang di bursa saham Shenzhen. Saham perusahaan itu masuk ke papan perdagangan seperti kelompok saham Nasdaq, ChiNext.

Tahun 2015 lalu, LeEco mengumpulkan sekitar 850 juta yuan dari pendanaan Seri A. Dana itu untuk divisi streaming olahraga dan 500 juta saham yang dijual.

Perusahaan layanan streaming online diketahui juga memperluas bisnisnya ke ekosistem perangkat keras. Termasuk di dalamnya ada TV pintar, telepon pintar, sepeda dan mobil.

Tahun 2018, LeEco diketahui diakuisisi konglomerasi properti China, Sunac. Ini juga membuat pendiri Jia Yueting mudur dari perusahaan tersebut.

Tren positif itu juga berhasil didapatkan oleh perusahaan induk LeEco, LeShi Internet. Dilaporkan pendapatan perusahaan mencapai 13 miliar yuan di tahun yang sama, dengan keuntungan 573 juta yuan.

Namun sayang, masalah pada struktur kompleks perusahaan membuat semua nasib baik itu pergi. Misalnya saja ekspansi yang dilakukan LeEco mendapatkan banyak masalah.

Pendiri LeEco, Jia Yueting terkena utang mencapai RMB 16,8 miliar (Rp 36 triliun). Anak usaha LeEco juga dilaporkan banyak yang merugi dan berutang jutaan dolar, termasuk untuk LeSports.

Melansir Mingtiandi, LeSport menunggak bayar sewa kantor selama berbulan-bulan dan akhirnya menutup layanannya itu. Perusahaan itu menyewa di The Octagon K Wah International Tsuen Wan lantai 33 dan 35, sementara Le Corporation berada di lantai 36, dikutip Senin (30/5/2022).

Media Hong Kong melaporkan, pada Oktober 2018, sepasang anak usaha LeEco gagal membayar sewa bulanan dengan total HK$1,04 juta sejak bulan Mei tahun yang sama. Inilah yang membuat perusahaan bangkrut dengan kewajiban yang belum dibayar mencapai HK$10,4 juta.

Masalah lain yang menimpa LeSports adalah belum melakukan pembayaran ke penyedia jaringan. Dengan begitu membuat para pelanggan Hong Kong yang sudah membayar tidak bisa menonton tiga pertandingan Liga Inggris.

Selain itu Le Corporation tertimpa masalah hukum di kota itu. Misalnya gugatan US$224 ribu pada buaya hak cipta yang diprakarsai oleh distributor film Sundream Motion Pictures pada Desember 2016 dengan klaim HK$530 ribu.

Gugatan itu menambah masalah hukum sebelumnya, yakni perusahaan pemasaran menggugat sebesar HK$14 juta. Ini berasal dari biaya pemasaran yang belum dibayar di bulan Agustus 2016 lalu.

Banyak pihak menilai masalah-masalah yang menimpa LeEco karena ekspansi yang terlalu cepat. Diversifikasi perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar dan wajar jika mendpatkn keuntungan.

Caixin mengatakan LeEco menikmati pertumbuhan dua digit selama lima tahun sejak 2010. Namun sebagian besar dari bisnisnya, termasuk 39 anak usahanya belum IPO dan tidak pernah mengungkapkan kinerja keuangannya.

Engadget mengutip seorang mantan karyawan perusahaan, menuliskan LeEco memindahkan kas dari satu perusahaan ke yang lainnya. Kebijakan ini dilakukan LeEco sebagai cara menutupi kerugian.

Bahkan ada tudingan LeEco melakukan penyalahgunaan modal. Ini diungkapkan mantan CEO Yidao Yongche yang sempat memiliki 70% saham di perusahaan.


(npb)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Punya Nama Besar & Sukses Go Public, Startup Ini Justru Tutup

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular