Cincin Saturnus Disebut Bakal Hilang, Ada Apa?

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
01 April 2022 14:15
Saturnus (11/09/2017). (NASA / JPL-Caltech / Institut Sains Luar Angkasa / Selebaran via REUTERS)
Foto: Saturnus (11/09/2017). (NASA / JPL-Caltech / Institut Sains Luar Angkasa / Selebaran via REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saturnus dikabarkan akan kehilangan cincinnya. Penyebabnya adalah adanya fenomena 'hujan cincin', yakni sebuah planet yang menarik materi cincin yang jatuh dan menguap atau sederhananya Saturnus sedang memakan obyek yang mengelilinginya itu.

Informasi itu ditemukan dari misi NASA Cassini. Misi tersebut juga menganalisa planet secara ekstensif dan para astronom bisa mengukur jumlah materi cincin yang mengalir ke Saturnus.

Sebagai informasi, cincin Saturnus terbuat dari batu, es, dan debu. Usianya diperkirakan 10 hingga 100 juta tahun.

"Partikel-partikel itu perlahan berdesak-desakan dan menabrak satu sama lain. Ada yang bangun diciptakan oleh bulan kecil. Saat Cassini menyelam diantara Saturnus dan cincin itu, kita dapat mengukur jumlah material cincin yang mengalir ke planet," tutur ilmuwan planet di Jet Propulsion Lab NASA, Linda Spilker, dikutip dari News 18, Jumat (1/4/2022).

Kabar baiknya, seluruh proses hujan cincin tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Karena tingkat degradasi sekarang, kemungkinan inti cincin menghilang sekitar 100 juta lagi dan 300 juta tahun untuk benar-benar hilang.

Sementara itu dalam temuan yang berbeda, planet Pluto ditemukan memiliki gunung berapi es relatif baru di permukaannya. Ini berasal dari temuan misi News Horizons NASA.

Sejauh ini, fitur tersebut belum teramati di tempat lain di dalam tata surya. Bidang gunung berapi es sangat besar disebut cryovolcanoes, ungkap temuan yang dipublikasikan di Nature Communications itu.

Sejak 2015, pesawat antariksa diketahui terbang di sekitar Pluto dan bulan-bulannya. Tujuannya menganalisa secara rinci wawasan mengenai obyek tersebut.

"Kami menemukan bidang gunung berapi es yang sangat besar tidak terlihat seperti apapun yang pernah kami lihat di tata surya," kata wakil ilmuwan proyek di Southwest Research Institute di Boulder Colorado, Kelsie Singer.


(npb/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Jupiter, Ternyata Ini Planet dengan Bulan Paling Banyak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular