Putin Serang Ukraina, Rusia Bakal Alami 'Krisis' Internet?
Jakarta, CNBC Indonesia - Cogent Communications, salah satu penyedia layanan internet, mengatakan bahwa pihaknya menghentikan layanannya di Rusia karena serangan ke Ukraina.
Perusahaan yang menyediakan sekitar 25% dari semua lalu lintas internet di seluruh dunia itu membuat keputusan untuk mematuhi peraturan baru dari Uni Eropa yang disahkan pada awal pekan lalu.
"Menanggapi serangan Ukraina, Cogent telah mengakhiri kontraknya dengan pelanggan berbayar dari Rusia. Cogent mematuhi Peraturan UE 2022/350 yang disahkan pada 1 Maret 2022 sehubungan dengan pemblokiran media tertentu," kata juru bicara perusahaan, dikutip dari ZDNet, Senin (7/3/2022).
Cogent tidak membatasi atau memblokir lalu lintas yang berasal dari atau ditujukan ke Rusia. Mereka terus akan memberikan layanan ke Ukraina.
Dalam pasal 2F peraturan tersebut mencakup klausul yang menangguhkan setiap lisensi penyiaran atau otorisasi, pengaturan transmisi dan distribusi dengan badan hukum, entitas atau badan yang terhubung ke outlet Russia Today di Inggris, Jerman, Prancis, dan Spanyol. Aturan itu juga berlaku untuk Sputnik.
Kabar ini pertama kali dilaporkan oleh The Washington Post, ketika CEO Cogent Dave Schaeffer mengatakan tentang keputusan tersebut.
Sebaliknya, Schaeffer mengatakan bahwa perusahaan tidak ingin merugikan siapa pun, tapi juga tidak ingin pemerintah Rusia untuk menggunakan internet sebagai senjata mereka.
Cogent adalah salah satu perusahaan berbasis di AS yang menjadi tulang punggung internet terbesar di dunia dengan puluhan pelanggan di Rusia, termasuk raksasa telekomunikasi milik negara Rostelecom.
Menurut The Washington Post, Cogent memiliki koneksi langsung ke lebih dari 6.000 blok jaringan atau sebagian besar alamat Internet, yang ditangani oleh Rostelecom.
Langkah ini akan menyebabkan perlambatan bagi pengguna internet Rusia. Meskipun Cogent secara bertahap menghentikan perusahaan Rusia, mereka meminta beberapa hari untuk mencari sumber lain untuk internet.
Penghentian akan dimulai pada hari Jumat, menurut surat dari perusahaan yang secara khusus menyebutkan serangan Rusia ke Ukraina sebagai alasannya.
(roy/roy)