Gegara Ancaman Ngeri Selain Covid Ini, Dunia Bisa Krisis Air!

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
11 February 2022 19:54
A kayaker fishes in Lake Oroville as water levels remain low due to continuing drought conditions in Oroville, Calif., Aug. 22, 2021. (AP Photo/Ethan Swope)
Foto: Warga dengan menggunakan kayak memancing di Danau Oroville saat permukaan air rendah karena kondisi kekeringan yang berkelanjutan di Oroville, California, 22 Agustus 2021. (AP Photo/Ethan Swope)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gletser yang menyusut di dunia mengandung lebih sedikit es daripada yang diperkirakan sebelumnya. Hal ini diperoleh berdasarkan hasil sebuah studi yang memiliki implikasi signifikan terhadap pasokan air global seiring dengan percepatan perubahan iklim.

Para ilmuwan untuk pertama kalinya mengukur ketebalan dan pergerakan lebih dari 250.000 gletser gunung dengan menggunakan teknik pencitraan satelit baru.

Lebih dari 1 juta jam waktu komputasi digunakan untuk menganalisis hampir 812 ribu pasang foto resolusi tinggi. Dengan memperkirakan ketebalan gletser, para ilmuwan dapat lebih akurat menentukan volume es yang dikandungnya.

Mengutip the Straits Times, Jumat (11/02/2022), survei tersebut mencakup 98% area di Bumi yang tertutup gletser dari 2017 hingga 2018.

Studi ini menemukan variasi yang lebih luas volume es dan reservoir air tawar yang menjadi pegangan hidup ratusan juta orang untuk air minum, pertanian, dan pembangkit listrik.

Menurut makalah yang diterbitkan dalam jurnal Nature Geoscience, gletser ini termasuk yang belum pernah dipetakan di wilayah Selandia Baru, Amerika Selatan dan Eropa.

Para peneliti di Institute of Environmental Geosciences dan Dartmouth College Prancis menetapkan bahwa Himalaya mengandung 37% lebih banyak es daripada yang ditemukan oleh survei sebelumnya, sementara Andes di Amerika Selatan mengandung 27% lebih sedikit.

Temuan itu bisa menjadi kabar baik bagi delapan juta orang yang tinggal di bagian atas lembah Indus dan Chenab di Himalaya yang mengandalkan air lelehan gletser di lebih dari setengah aliran sungai selama musim kemarau.

Studi tersebut memperkirakan bahwa reservoir air gletser di sana 17% hingga 31% lebih besar dari yang diperkirakan. Para peneliti juga menghitung bahwa reservoir air glasial 30% hingga 87% lebih besar di sub-cekungan Sungai Brahmaputra yang berpenduduk sedikit di Himalaya.

"Himalaya adalah pengecualian, hampir di mana-mana (di tempat lain), kami menemukan es yang lebih tipis," kata Dr. Mathieu Morlighem, rekan penulis studi dan profesor ilmu bumi di Dartmouth.

Ahli Glasiologi Romain Millan, penulis utama studi dan lulusan pascadoktoral di the Institute of Environmental Geosciences mengatakan bahwa dia berharap para ilmuwan akan menggunakan alat baru ini untuk memodelkan ketersediaan air glasial di masa depan.

"Penting bagi pembuat kebijakan untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim terhadap gletser dan pasokan air," ujar Millan.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gawat! Malapetaka Muncul di Pulau Terbesar Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular