Mengenal Metaverse, Tempat Saudi Bikin Ka'bah Virtual
Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia dihebohkan dengan kabar pemerintah Arab Saudi menghadirkan Ka'bah Masjidil Haram di Metaverse. Ini merupakan dunia virtual yang menjadi salah satu tren di dunia teknologi sekarang.
Nama Metaverse makin dikenal luas sejak raksasa teknologi dunia Facebook mengganti nama perusahaannya menjadi Meta pada Oktober lalu. Perusahaan yang didirikan Mark Zuckerberg itu dipastikan akan lebih berfokus menggarap Metaverse di masa depan.
Lalu apa sebenarnya Metaverse? Berikut rangkuman CNBC Indonesia terkait dunia tersebut, Rabu (9/2/2022).
Apa itu Metaverse?
Sebenarnya Metaverse bukanlah barang baru. Orang pertama yang tercatat menciptakannya adalah Neal Stephenson pada novelnya Snow Crash yang terbit tahun 1992.
Istilah Metaverse merujuk pada dunia virtual 3D yang ditempati oleh avatar dari manusia sungguhan di dunia nyata. Anggaplah Metaverse merupakan internet yang hadir dalam bentuk 3D.
Sementara CEO Meta, Mark Zuckerberg menggambarkan Metaverse sebagai lingkungan virtual yang bisa dimasuki bukan hanya sekedar melihat layar. Jadi orang-orang bisa saling terhubung dan beraktivitas di dalamnya dengan menggunakan perangkat tambahan seperti VR, kacamata augmented reality (AR), hingga aplikasi smartphone.
Bisa Apa Saja di Metaverse?
Pada intinya Metaverse menyediakan kegiatan yang dilakukan di dunia nyata pada dunia virtual. Mulai dari menonton konser, perjalanan, melihat karya seni, atau mencoba pakaian secara digital untuk dibeli.
Di tengah pandemi, Metaverse mungkin adalah jawaban untuk tetap bisa bekerja secara work from home. Jika di awal pandemi kita mengenal meeting online menggunakan video conference, dengan Metaverse para karyawan dapat hadir di kantor virtual.
Facebook telah merilis software meeting bagi perusahaan bernama Horizon Workrooms dan menggunakan headset Oculus VR.
Siapa saja yang Masuk ke Metaverse?
Banyak perusahaan seakan-akan berlomba ikut masuk atau membicarakan kehadirannya Metaverse. Wakil Presiden Omniverse Nvidia, Richard Keris mengatakan ada banyak yang membangun dunia dan lingkungan virtual di Metaverse sama seperti saat kehadiran World Wide Web.
Perusahaan video game pembuat Fortnite, Epic Games juga ikut ambil peran dan mengumpulkan US$1 miliar dari investor sebagai rencana jangka panjang membangun dunia tersebut. Platform game Roblox juga telah menguraikan visi perusahaan soal Metaverse sebagai tempat orang dapat berkumpul bersama dalam pengalaman 3D untuk bekerja, bermain, bersosialisasi, belajar dan berkreasi.
Roblox bersama rumah mode Gucci melakukan kolaborasi menjual koleksi aksesoris khusus digital. Coca-cola dan Clinique juga ikut menjual token digital sebagai batu loncatan menuju Metaverse.
Seperti Apa Ka'bah di Metaverse?
Sementara itu saat peluncuran proyek VR Ka'bah Masjidil Haram bulan lalu, Imam Besar Masjidil Haram, Syeikh Aburrahman Sudais mengatakan ada banyak peninggalan sejarah dan Islam di masjid-masjid Makkah yang harus diubah dalam digital untuk kepentingan semua orang.
"Muslim akan dapat mengunjungi batu Hajar al-Aswad secara virtual berkat Metaverse," ujar laporan itu.
Seorang pejabat Arab Saudi mengatakan Metaverse bisa jadi media manasik haji atau simulasi pelaksanaan ibadah haji sesuai urutan tata cara yang menjadi rukun haji. "Inisiatif ini memungkinkan umat islam untuk menyaksikan Hajar Aswad secara virtual sebelum ziarah ke Makkah," jelasnya.
Namun pengumuman itu menimbulkan kontroversi. Sebab sejumlah lembaga Islam dunia menyebut Ka'bah dalam Metaverse bukanlah ibadah Haji.
Salah satunya adalah Lembaga Presidensi Urusan Keagamaan Turki (Diyanet), yang menyebut syarat ibadah adalah menyentuh lantai Makkah secara langsung. "Ini (ibadah haji di Metaverse) tidak mungkin terjadi," ujar Direktur Departemen Haji dan Umrah Diyanet, Remzi Bircan, Hurriyet Daily News.
"Para kaum mukmin bisa membayar untuk kunjungan ke Ka'bah di metaverse, tetapi ini tak bisa dianggap sebagai ibadah sesungguhnya."
(npb/roy)